GenPI.co - Akademisi Rocky Gerung blak-blakan menilai saat ini masih sulit bagi perempuan untuk muncul dalam dunia politik. Hal itu lantaran, masih kuatnya nilai-nilai feodalisme yang sangat tinggi.
Pernyataan tersebut diungkapkan Rocky Gerung dalam acara diskusi daring yang diadakan Perempuan Amanat Nasional (PUAN) dengan tema 'Perempuan, Politik dan Kepemimpinan'.
Oleh sebab itu, Rocky Gerung kemudian menyarankan perempuan perlu mengambil langkah sedikit radikal, jika ingin terlihat di dunia politik.
"Karena feodalisme dalam politik kita nilai tinggi atau dinasti dan lain sebagainya," jelas Rocky Gerung dikutip GenPI.co, Rabu (7/7).
Pengamat politik ini menilai, perempuan harus muncul untuk membuat sejarah.
Hal itu, kata dia, seperti mengutip pepatah yang bunyinya, jika perempuan yang terlalu sopan, maka tak bisa buat sejarah.
"Malahayati (pahlawan) segala macam itu tidak sopan, makanya dia bisa buat sejarah tuh. Sopan santun diperlukan tapi dalam politik sopan santun itu semacam kemunafikan. Jadi angkat tangan aja interupsi," ungkapnya.
Mantan dosen filsafat Universitas Indonesia ini mencontohkan kasus adanya sebuah partai politik yang dipimpin perempuan, kemudian justru melakukan perbuatan tidak menyenangkan terhadap kadernya yang sama-sama perempuan.
Menurutnya, semestinya hal-hal seperti itu tidak bisa didiamkan.
Rocky Gerung mengatakan, perempuan harus berani mengajukan interupsi. Bahkan dia berseloroh agar perempuan perlu langkah radikal.
"Kita tahu, mesti ada interupsi dalam kepemimpinan laki-laki termasuk kepemimpinan perempuan yang berperspektif sama dengan laki-laki. Soal-soal semacam ini saya anggap mesti ada semacam langkah radikal," bebernya.
Oleh sebab itu, Rocky Gerung mengingatkan, diperlukan langkah yang konsisten untuk membuat perempuan lebih terlihat di dunia politik.
"Nah sebetulnya harus konsisten taruh dari perempuan 2-3 orang jadi speaker supaya perspektif publik terbuka," pungkasnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News