GenPI.co - Pengamat politik Rocky Gerung turut menyampaikan pendapatnya terkait tes wawasan kebangsaan untuk para pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Seperti diketahui, dalam hasil tes tersebut, ada 75 pegawai yang tak lulus, salah satunya adalah penyidik senior Novel Baswedan.
BACA JUGA: ICW: Tes Wawasan Kebangsaan KPK Itu Abal-abal
Menurut Rocky, tes wawasan kebangsaan yang diberikan kepada para pegawai KPK adalah upaya pemerintah untuk memusuhi para penyidik negara.
“Penyidik yang 75 orang itu terlatih dan tahu di mana para koruptor bersembunyi. Mereka bahkan mungkin tahu koruptor yang sengaja nyari selamat di gorong-gorong istana,” ujarnya dalam video di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu (8/5/2021).
Rocky mengatakan bahwa 75 pegawai KPK yang tidak lolos adalah para penyidik yang memiliki informasi lengkap terkait kasus-kasus korupsi di Indonesia.
Oleh karena itu, ada pihak yang ingin menyingkirkan 75 pegawai KPK tersebut.
“Dengan mudah orang-orang menyimpulkan bahwa penyingkiran penyidik KPK adalah untuk pemutihan kasus-kasus besar yang berdimensi politik,” katanya.
Filsuf itu memaparkan bahwa eksistensi KPK identik dengan nilai keadilan di negara ini. Namun, hal itu bisa berubah setelah KPK diambil alih kembali oleh negara.
“Kalau pegawai KPK jadi ASN, pedang yang dipegang oleh lambang keadilan tak lagi ada. Pedang itu akhirnya dipegang oleh presiden. Pedangnya menjadi kecil dan tumpul melalui pertanyaan-pertanyaan dungu di tes wawasan kebangsaan itu,” paparnya.
Akademisi itu mempertanyakan bagaimana mungkin kualitas penyidik bisa diketahui jika tesnya dilakukan dengan pertanyaan yang sebenarnya bisa menghina pribadi orang tersebut.
BACA JUGA: Pembuat Soal Tes Wawasan Kebangsaan KPK Bukan Orang Sembarangan
“Terlihat betul bahwa desain untuk menghalau para penyidik itu dilakukan oleh sebuah partai besar, agar kasus-kasus yang menyangkut para elit besar di parpol itu bisa ditutupi,” ungkapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News