Mencekam, Ethiopia Ampun-ampunan, Warga Meninggal di Mana-Mana

20 April 2021 14:52

GenPI.co - Ethiopia telah mengumumkan keadaan darurat di bagian selatan negara bagian Amhara di tengah kekerasan di berbagai kota karena peperangan.

Kementerian Pertahanan mengatakan dalam tiga hari terakhir terjadi kekerasan bersenjata yang mematikan di kota Ataye dan beberapa daerah lain di zona khusus Oromia.

BACA JUGA: Situasi di Tigray Ethiopia Mencekam, Perang Besar di Mana-mana

Dilansir AFP, Selasa (20/4/2021), dilaporkan sejumlah orang tewas di mana-mana dalam serangan oleh orang-orang bersenjata dan harta benda dihancurkan. Dan, banyak warga sipil melarikan diri dari konflik bersenjata.

Deklarasi darurat datang sehari setelah militer Ethiopia mengerahkan pasukan ke zona North Shoa dan zona khusus Oromo.

Langkah itu menggarisbawahi ketidakamanan yang terus-menerus melampaui wilayah Tigray yang dilanda perang Ethiopia menjelang pemilihan nasional yang direncanakan pada bulan Juni.

Sementara, Kepala ombudsman Ethiopia, Endale Haile, mengungkapkan bahwa kekerasan di Amhara telah menewaskan lebih dari 300 orang selama beberapa hari di bulan Maret.

Sementara, Jemal Hassen Mohammed selaku kepala administrator daerah Jile-Temuga di zona khusus Oromo, menambahkan kekerasan dimulai pada 19 Maret setelah seorang pemimpin sholat etnis Oromo ditembak mati di luar sebuah masjid, yang memicu bentrokan antara pasukan keamanan Amhara dan warga sipil etnis Oromo.

Selain itu, Perdana Menteri Abiy Ahmed berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengatasi kekerasan di Amhara dan di tempat lain.

"Pemerintah harus memenuhi tanggung jawabnya untuk melindungi rakyat," demikian pernyataan Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia, badan hak asasi manusia nasional, mengatakan dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.

Kekerasan di Amhara telah menyebabkan bentrokan antara sayap Oromo dan Amhara dari Partai Kemakmuran Abiy, yang secara terbuka saling menuduh bertanggung jawab.

BACA JUGA: India Ampun-ampunan, Warga Meninggal di Mana-Mana

Abiy berkuasa pada 2018 setelah beberapa tahun protes anti-pemerintah yang dilakukan oleh pemuda Amhara dan Oromo.

Dia memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun berikutnya, tetapi masa jabatannya dirusak oleh kekerasan etnis, dan para analis memperingatkan bahwa pemilihan nasional yang sangat dinantikan yang dijadwalkan pada 5 Juni dapat membawa ketidakamanan lebih lanjut.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co