Nyali Warga Mali Bergejolak, Prancis Dibikin Ketar-ketir

03 April 2021 23:28

GenPI.co - Keluarga orang-orang yang tewas dalam serangan udara Prancis pada sebuah pernikahan di desa terpencil Mali telah menyerukan penuntutan terhadap personel militer.

Sebelumnya, dilaporkan sembilan belas peserta pesta pernikahan di desa Bounti tewas ketika pesawat tempur Prancis menyerang pada 3 Januari lalu.

BACA JUGA: Olivier Dassault Tewas di Langit Prancis, Hati Macron Gemetaran

Namun, temuan itu bertentangan dengan klaim Prancis, yang ditegaskan kembali minggu ini, bahwa 30 pejuang milisi telah tewas dalam serangan yang terjadi di wilayah tengah Mali yang bergolak itu.

Penyangkalan Prancis itu kemungkinan akan memacu meningkatnya sentimen anti-Prancis di antara warga Mali, kurang dari setahun setelah pemerintah digulingkan dalam kudeta militer dan karena siklus kekerasan terus mengakibatkan meningkatnya jumlah korban sipil.

Dilansir Aljazeera, Sabtu (3/4/2021), pasukan Barkhane didukung dengan kekuatan 5.000 tentara Prancis yang dikerahkan ke Mali utara sejak tahun 2014.

Hal itu dilakukan untuk mengusir pertempuran yang kini telah menyebar ke Mali tengah dan ke negara-negara tetangga Burkina Faso dan Niger, memperdalam keterlibatan Prancis di seluruh Sahel.

Barkhane sendiri telah dijuluki sebagai perang selamanya Prancis, sebuah rawa militer yang tidak dapat dimenangkan dan mahal, sebanding dengan pengalaman Amerika Serikat di Afghanistan.

Sementara, laporan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali (MINUSMA), berdasarkan lebih dari 400 wawancara dan analisis lebih dari 150 dokumen, merupakan kritik yang jarang terjadi terhadap pasukan Prancis.

“Mayoritas dari mereka yang terkena serangan itu adalah warga sipil yang dilindungi dari serangan semacam itu oleh hukum humaniter internasional,” kata PBB dalam laporannya.

BACA JUGA: Gebrakan Maut Prancis Mencengangkan, Turki Bisa Diledakkan

Sedangkan, Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly berlipat ganda lebih jauh, menolak tuduhan dan menekankan 'tekad' Prancis untuk melanjutkan perang melawan terorisme.

Sebagai informasi tambahan, dalam beberapa tahun terakhir, demonstrasi sporadis melawan kehadiran militer Prancis telah menjamur menjadi aksi unjuk rasa anti-Prancis berskala besar yang mengutuk anggapan neokolonialisme sama seperti hilangnya nyawa yang tidak perlu.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co