GenPI.co - Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan menuduh para pejabat tinggi militer melakukan kudeta setelah tentara menuntut pengunduran dirinya, yang memicu unjuk rasa ribuan pendukung.
Permintaan tentara, datang sebagai tanggapan atas penanganannya atas konflik negara dengan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh, yang berakhir pada November tahun lalu dengan hilangnya kendali Armenia atas wilayah yang disengketakan dan daerah sekitarnya.
BACA JUGA: 250 Ribu Warga Brasil Tewas Karena Covid, Tragis Banget
"Manajemen yang tidak efektif dari pihak berwenang saat ini dan kesalahan serius dalam kebijakan luar negeri telah menempatkan negara di ambang kehancuran," kata staf umum militer dan pejabat senior militer Armenia, dala keterangannya,s eperti dilansir dari Reuters, Jumat (26/2/2021).
Sementara, dua mantan presiden, Robert Kocharyan dan Serzh Sarksyan, merilis pernyataan yang meminta orang-orang Armenia untuk memberikan dukungan mereka di belakang militer.
Tidak jelas apakah tentara bersedia menggunakan kekuatan untuk mendukung pernyataannya.
Sedangkan, Pashinyan, 45, telah menghadapi seruan untuk mundur sejak dia menandatangani kesepakatan damai 10 November dengan Azerbaijan, tetapi itu adalah pertama kalinya militer secara terbuka menyerukan pengunduran dirinya.
Dia mengatakan kepada para pengikutnya untuk menggalang dukungan di ibu kota, Yerevan, di mana dia menyampaikan pidato berapi-api kepada beberapa ribu orang yang mengecam tuntutan para jenderal.
“Tentara tidak bisa dilibatkan dalam proses politik, tentara harus tunduk pada rakyat dan kekuatan politik yang dipilih rakyat,” ujarnya.
Pashinyan menambahkan dia telah memecat kepala staf umum angkatan bersenjata, tetapi langkah itu masih belum ditandatangani oleh presiden.
Rusia, yang secara tradisional merupakan sekutu dekat dan memiliki pangkalan militer di Armenia, mengatakan pihaknya khawatir dengan kejadian tersebut.
Selain itu, Presiden Vladimir Putin menyerukan pengekangan dari semua sisi dalam krisis politik Armenia dalam panggilan telepon dengan Pashinyan, kantor berita Interfax melaporkan, mengutip juru bicara Kremlin.
Dia juga mengatakan bahwa apa yang terjadi selanjutnya dapat bergantung pada apakah Moskow akan mendukung Pashinyan atau menyingkir dan tidak terlibat.
Tak hanya Rusia, Kedutaan Besar AS di Yerevan mendesak semua pihak di Armenia untuk bersikap tenang dan menahan diri dan untuk mengurangi ketegangan secara damai, tanpa kekerasan.
BACA JUGA: Duh 81 Migran Hanyut, Anak-anak Tewas Mengenaskan di Laut Andaman
Di Brussel, juru bicara Komisi Eropa Peter Stano juga meminta pihak lawan untuk "menghindari retorika atau tindakan apa pun yang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut".
Dan, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan negaranya mengutuk keras upaya kudeta di Armenia dan menentang semua upaya kudeta, di mana pun di dunia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News