GenPI.co - Tingkat aborsi di Honduras dikabarkan terus meningkat selama pandemi Covid-19. Hal ini tentu sangat berbahaya apabila terus terjadi di negara tersebut.
Sehingga, Kongres Honduras memperketat larangan mutlaknya terhadap aborsi, tetapi barisan organisasi feminis yang telah mengkampanyekan dekriminalisasi di negara yang sangat konservatif itu telah membengkak.
BACA JUGA: Vaksin AstraZeneca Dianggap Tak Efektif Lawan Virus Varian Baru
Anggota baru kelompok hak-hak perempuan, Somos Muchas, sebagian besar adalah perempuan muda berusia antara 18 dan 30 tahun yang telah digerakkan oleh peristiwa baru-baru ini.
Bagi aktivis lokal, ini adalah tanda bahwa perubahan masih mungkin terjadi di negara dengan beberapa pembatasan aborsi paling parah di dunia.
“Mereka melakukannya karena takut,” kata aktivis Somos Muchas, Neesa Medina dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Aljazeera, Senin (8/2/2021).
Saat ini Honduras telah mengunci posisi itu secara legal dengan secara eksplisit menambahkan larangan aborsi ke dalam konstitusinya, dan menetapkan jumlah suara yang diperlukan untuk membuat perubahan di masa depan pada tingkat tertinggi.
Paduan suara organisasi internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Parlemen Eropa, membunyikan peringatan, dan mendesak badan legislatif untuk mempertimbangkan kembali langkah yang mereka katakan tidak hanya melanggar standar hak asasi manusia tetapi akan menimbulkan kerugian lebih lanjut pada perempuan dan anak perempuan.
Kongres meratifikasi amandemen pada 28 Januari dan merayakan persetujuan tersebut di Twitter, di mana ia membagikan pesan ucapan selamat dari politisi dan kelompok anti-legalisasi di seluruh dunia, termasuk Spanyol, Kolombia, Brasil, dan Republik Dominika.
Keputusan mereka datang ketika gerakan feminis di seluruh Amerika Latin menegaskan kembali keunggulan mereka, khususnya setelah Argentina melegalkan aborsi elektif hingga minggu ke-14.
Diketahui, saat ini Honduras adalah satu dari enam negara di Amerika Latin dan Karibia yang melarang aborsi sepenuhnya.
BACA JUGA: Waduh, Kasus Korupsi di Afrika Selatan Merajalela Selama Pandemi
Sementara, ada beberapa negara mengizinkannya dalam keadaan tertentu, seperti pemerkosaan atau jika nyawa ibu terancam. Argentina, Uruguay, Kuba, Puerto Rico, dan Mexico City serta negara bagian Oaxaca di Meksiko mengizinkan wanita untuk menghentikan kehamilan pada tahap awal tanpa harus memberikan alasan.
Honduras sendiri saat ini memiliki tingkat kehamilan remaja tertinggi kedua di Amerika Latin. Satu dari empat anak perempuan di bawah usia 19 tahun pernah hamil setidaknya satu kali.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News