GenPI.co - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatkan sebanyak 20.000 pengungsi hilang secara misterius setelah dua kamp di wilayah Tigray yang dilanda perang Ethiopia dihancurkan.
Para pengungsi, kebanyakan dari negara tetangga Eritrea, melarikan diri dari tempat penampungan Hitsats dan Shimelba yang hancur dalam pertempuran yang meletus di Tigray pada bulan November.
BACA JUGA: Sah! Filipina Sepakati 1 Februari Sebagai Hari Hijab Nasional
Pada Januari, gambar satelit menunjukkan kehancuran dua kamp pengungsian yang menampung ribuan orang Eritrea di wilayah tersebut.
"Sekitar 3.000 orang berhasil mencapai kamp lain di Mai-Aini," ucap Filippo Grandi selaku Komisaris Tinggi PBB dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (2/2/2021).
Dilaporan PBB bahwa banyak pengungsi terperangkap dalam baku tembak, diculik dan dipaksa kembali ke Eritrea di bawah tekanan pasukan Eritrea.
Sebagai informasi, pasukan federal Ethiopia memasuki Tigray sebagai tanggapan atas dugaan serangan pada 4 November dan menggulingkan partai yang berkuasa yang menentang Perdana Menteri Abiy Ahmed sejak ia berkuasa pada April 2018.
Meskipun pemerintah mengumumkan kemenangan pada 28 November, pemimpin kawasan itu telah berjanji untuk melanjutkan konflik.
Sejak pertempuran dimulai, ribuan orang telah tewas dan ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka. Ada kekurangan makanan, air dan obat-obatan di wilayah yang berpenduduk lebih dari lima juta orang itu.
Pemerintahan sementara yang berbasis di Mekelle telah mengklaim kehidupan kembali normal dan pemerintah Abiy mengatakan sedang mengirimkan bantuan.
Namun para pekerja bantuan dan beberapa pejabat di Tigray telah memperingatkan bencana kemanusiaan yang ditandai dengan kelaparan yang meluas.
Laporan dari semua pihak sulit untuk diverifikasi karena pemerintah sebagian besar telah menutup Tigray dari media dan pekerja bantuan asing. Telekomunikasi di banyak daerah tidak berfungsi.
BACA JUGA: AS Ancam Beri Sanksi Atas Kudeta Militer di Myanmar
Menurut laporan PBB, saat ini diperkirakan terdapat 100.000 orang masih mengungsi di Tigray dan sekitar 60.000 orang mengungsi di Sudan.
Sementara, beberapa negara telah menyerukan penyelidikan atas laporan penjarahan, kekerasan seksual, dan penyerangan di kamp-kamp pengungsi karena para ahli memperingatkan bahwa peluang untuk mengumpulkan bukti akan segera ditutup.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News