GenPI.co - Dunia makin merana. Saat pandemic covid-19 sedang menggila, dunia malah dihantam virus nipah. Virus ini disebut lebih ganas dari covid-19.
Ada beberapa alasan mengapa virus Nipah menyeramkan. Masa inkubasi penyakit yang ditimbulkan sangat lama, dalam satu kasus bisa mencapai 45 hari.
BACA JUGA: China Ancam Perang di Laut China Selatan, Indonesia Bagaimana?
Ini berarti ada banyak kesempatan bagi orang yang terpapar untuk menularkan ke yang lain. Bahkan mereka tidak sadar sedang terinfeksi.
Selain itu virus ini juga bisa menginfeksi berbagai macam hewan membuat kemungkinan penyebarannya semakin besar.
Penularan bisa melalui kontak langsung atau dari makanan yang terkontaminasi. Saat ini, virus ini terdeteksi di Asia Tengah.
Virus yang berasal dari kelelawar ini disebuh jauh lebih mematikan dari Corona. Sejauh ini virus nipah belum ada vaksinnya.
BACA JUGA: Rezeki Hebat Menanti Zodiak Aries, Taurus & Gemini di Februari
Orang yang terinfeksi virus Nipah bisa mengalami gejala pernapasan, seperti batuk, sakit tenggorokan, kelelahan, dan ensefalitis atau pembengkakan otak.
Ending-nya dapat menyebabkan kejang dan kematian. Ini merupakan penyakit yang sedang dicegah oleh WHO agar tidak menyebar sebagaimana corona.
Karenanya, WHO meminta warga menjauhi kelelawar. “Penyebaran patogen ini dan risiko penularan dipercepat dengan perubahan penggunaan lahan seperti penggundulan hutan,” kata Rebekah J White dan Orly Razgour, dalam ulasan University of Exeter 2020 tentang penyakit zoonosis.
Sejauh ini, sebagian ilmuwan bekerja keras untuk memastikan Nipah tidak akan menjadi pandemi berikutnya.
Ahli virus dari Pusat Ilmu Kesehatan Penyakit Menular Palang Merah Thailand Supaporn Wacharapluesadee termasuk salah satunya.
BACA JUGA: Gemini & Virgo Bakal Guncang Dunia, Zodiaknya Dibalut Banyak Hoki
“Angka kematian akibat Nipah berkisar antara hingga 75 persen, bergantung di mana wabah itu terjadi,” kata Wacharapluesadee seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/1).
Sejak 10 tahun terakhir dia menjadi bagian pendeteksi dan penyakit yang dapat berpindah dari hewan ke manusia.
Dia dan timnya telah mengambil sampel banyak spesies, namun fokus utama mereka adalah kelelawar, yang juga diketahui menyimpan banyak virus corona. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News