GenPI.co - Kawasan Kaukasus selatan yang membentang di perbatasan Asia dan Eropa kembali memanas.
Hal tersebut terjadi setelah Armenia dan Azerbaijan, dua dari beberapa negara di kawasan pegunungan itu, terlibat perang terbuka.
BACA JUGA: Armenia Tuduh Turki dan Azerbaijan Tembak Jatuh Sukhoi Miliknya
Perang berlangsung di Nagorno-Karabakh, sebuah kawasan yang dihuni oleh etnis Armenia. Wilayah ini menjadi bagian dari Azerbaijan namun dikuasai oleh militer Armenia.
Pertempuran mulai berkobar sejak Minggu (27/9). Lusinan orang telah dilaporkan tewas dan ratusan lainnya dilaporkan cedera dalam peperangan yang melibatkan persenjataan berat itu.
Peperangan kedua kubu itu menimbulkan kekhawatiran dunia. Pasalnya kondisi itu bisa menghidupkan kembali konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun di daerah itu.
Selain itu, kawasan itu dilalui koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia.
Konflik yang terjadi juga bisa menyebabkan kekuatan regional Rusia dan Turki bisa ditarik masuk.
Rusia dan Prancis meningkatkan seruan untuk gencatan senjata segera antara Azerbaijan dan Armenia.
Presiden Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah membahas langkah-langkah yang dapat diambil oleh kelompok Minsk dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama (OSCE) untuk mengakhiri pertempuran.
Rusia juga telah menawarkan untuk menjadi tuan rumah para menteri luar negeri Armenia dan Azerbaijan untuk pembicaraan tentang mengakhiri pertempuran.
BACA JUGA: Israel Bantu Azerbaijan, Armenia Geram dan Tarik Duta Besar
Nagorno-Karabakh sendiri memproklamasikan kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan pada 10 Desember 1991. Namun kedaulatan itu tidak diakui internasional.
Sejak saat itu, kondisi berlangsung naik turun, yang diwarnai oleh pertempuran dan gencatan senjata.
Sebelum pertempuran baru-baru-baru ini kedua kubu sudah bersepakat melakukan gencatan senjata sejak 2006 silam.(ANT)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News