GenPI.co - Australia menyatakan keberpihakannya dengan warga Hong Kong setelah pemerintah Beijing memberlakukan UU Keamanan Nasional di wilayah semi otonomi itu.
Negeri kanguru itu yang berencana memberikan visa bagi warga Hong Kong yang ingin keluar dari wilayah tersebut.
Aksi Australia ini menambah renggang hubungannya dengan China yang telah terjadi selama beberapa waktu terakhir.
BACA JUGA: Konflik India-China, TikTok dan Puluhan Aplikasi Kena Imbas
Memburuknya hubungan dengan China membuat Asitralia berencana meningkatkan belanja sektor pertahanan.
Peningkatan di sektor sampai 40 persen jadi 270 miliar dolar Australia (sekitar Rp2.675 triliun) pada 10 tahun mendatang.
Dana itu diperuntukkan untuk menguatkan pertahanan di wilayah Indo-Pasifik.
Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds dalam pidatonya, Kamis (7/2) mengatakan, kawasan menghadapi penyusunan kembali strategi pembagian kekuasaan sejak akhir Perang Dunia Kedua.
Menurutnya, negara-negara saat ini meningkatkan penggunaan taktik memaksa yang nyaris mendekati konflik bersenjata, serangan siber, campur tangan asing, dan tekanan ekonomi untuk memanfaatkan ruang kosong antara situasi damai dan perang.
BACA JUGA: Aktivis Hong Kong Joshua Wong Mundur dari Partainya Sendiri
"Di ruang abu-abu itu, saat sekrup mulai dikencangkan, pengaruh menjadi campur tangan, kerja sama ekonomi jadi paksaan, dan investasi jadi jebakan," kata dia saat memberikan sambutan di Australian Strategic Policy Institute.
Memburuknya hubungan dengan Beijing terjadi sejak Canberra mendesak penyelidikan internasional terhadap asal mula virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19.
Sementars China membalas dengan mempertanyakan presekusi yang dilakukan oleh warga Australia terhadap masyarakat Asia yang berdomisili di wilayah itu.(ANT)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News