GenPI.co - Korea Uatar tidak lepas dari keluarga Kim. Inilah keluarga yamg memimpin negara tersebut dengan tangan besi selama hampir 80 tahun tahun.
Dari Kim Il Sung yang mulai memerintah negara itu pada 1948 hingga cucunya Kim Joung Un, semuanya membuat negara itu menjadi tempat paling terisolir di dunia.
Beberapa hari belakangan, Kim Jong Un yang merupakan generasi keluarga Kim yang memimpin Korut diisukan sedang sekarat. Minimnya informasi membuat banyak pihak berspekulasi bahwa pemimpin berusia 36 tahun ini sudah meninggal. Penyebabnya adalah operasi kardiovaskular yang gagal.
BACA JUGA: Benarkah Kim Jong Un Meninggal Lantaran Gagal Operasi?
Dalam kondisi itu, dunia mulai menyorot sosok penting lain dalam pemerintahan negara itu. Ia adalah Kim Yo Jong, adik perempuan Kim Jong Un.
Sosok cantik yang kerap berpakaian serba hitam ini bukan orang sembarangan. Dalam struktur pemerintahan setempat, perempuan muda ini memimpin Departemen Organisasi dan Departemen Bimbingan Maha Kuasa Korea Utara (OGD).
Sebagaimana dikabarkan The Guardian, Kim Yo Jong juga dikatakan sebagai kepala staf dari kakaknya dan menjadi sosok di balik bagaimana dunia dan rakyat Korut memandang Kim Jong Un saat ini. Kepercayaan yang diberikan kepadanya ia manfaatkan dengan baik untuk menekan banyak pejabat setempat untuk takut padanya.
Meski begitu, hubungan Kim Yo Jong dengan kakak dispekulasi memburuk akibat kegagalan pencapaian kesepakatan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa waktu laluMeski demikian, hal itu tidak membuat dirinya kehilangan pengaruh di pemerintahan.
Kim Yo Jong juga dikatakan sebagai pilihan paling mungkin untuk menggantikan Kim Jong Un jika seseuatu terjadi padanya. Sebagai penerus tradisi kepimpinan keluarga Kim, perempuan 32 tahun ini akan memalunjutkan mode pemerintahan totalitarian.
BACA JUGA: China Kirim Tim Dokter ke Korut, Ada Apa dengan Kim Jong Un?
Bahkan Korut dikatakan bakal semakin kaku di bawah kekuasaannya. Ia bisa saja berlaku lebih kejam. Sebagaimana dilaporkan The Mirror, Profesor Natasha Lindstaedt dari University of Essex, Inggris, menyebut bahwa gendernya sebagai perempuan tidak serta-merta melemahkan posisinya sebagai pemegang kekuasaan.
Perempuan ini juga belakangan kerap melontarkan pernyataan politik. Selain itu ia juga masuk dalam daftar hitam internasional sebagai pelaku pelanggaran HAM di negara itu.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News