GenPI.co - Dalam pelariannya di Meksiko, Evo Morales masih memantau perkembangan negaranya. Mantan presiden Bolivia yang diturunkan paksa pada Minggu (10/11), mengecam Amerika Serikat lantaran mengakui pemerintahan baru di negara itu.
Hal tersebut setelah Michael Kozak, Penjabat Asisten Sekretaris untuk Biro Urusan Belahan Barat Departemen Luar Negeri AS, menuliskan via Twitter bahwa Amerika Serikat berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah sementara.
BACA JUGA: Sehari Setelah Lengser, Mantan Presiden Bolivia Kabur ke Meksiko
Evo Morales sendiri mengklaim diri dikudeta oleh militer dan pihak oposisi. Itu sebabnya ia menyayangkan keputusan AS yang mengakui pemerintahan de facto di Bolivia.
Musuh-musuhnya itu termasuk termasuk rival dalam pemilu presiden pada Oktober 2019, Carlos Mesa dan Luiz Fernando Camacho.
DIlansir dari ANTARA, Morales juga dalam sebuah cuitan di Twitter mengatakan kudeta tersebut adalah bagian dari konspirasi ekonomi dan pollitik yang bersumber dari Amerika Serikat.
BACA JUGA: Ini Penyebab Presiden Bolivia Evo Morales Dipaksa Lengser Rakyat
Morales sendiri adalah lengser akibat desakan massa yang menganggapnya berlaku curang I pemilu 20 Oktober lalu. Dalam pemilu itu ia kembali terpilh menjadi presiden Bolivia untuk keempat kalinya.
Hal itu memungkinan lantaran Morales sebelumnya telah menghapus salah satu pasal dalam konstitusi negara itu terkait jabatan presiden yang tak lagi terbatas hanya 2 periode saja.(ANT)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News