GenPI.co - Dalam waktu dekat, 135 kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik Roma.
Dilansir The Guardian, pemilihan ini akan menentukan pengganti Paus Fransiskus.
Situasi konklaf kali ini berbeda dari sebelumnya karena banyak kardinal belum pernah mengikuti proses serupa.
Lebih dari 80% dari mereka ditunjuk Paus Fransiskus dalam 12 tahun terakhir, bahkan 20 di antaranya baru diangkat Desember 2024.
Banyak dari mereka berasal dari negara-negara yang jarang terwakili, seperti Iran, Mongolia, dan Aljazair.
Hal itu mencerminkan upaya Paus Fransiskus untuk membuat gereja lebih inklusif dan global.
Diskusi informal sudah berlangsung sejak para kardinal tiba di Roma, meski pembahasan resmi baru akan dimulai pekan depan.
Mereka akan berdiskusi, melobi, dan mempertimbangkan siapa yang layak memimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Tokoh konservatif seperti Raymond Burke (AS) dan Gerhard Müller (Jerman) mendorong agar gereja tetap berpegang pada nilai-nilai lama.
Tokoh progresif seperti Jean-Claude Hollerich (Luksemburg), Timothy Radcliffe (Inggris), dan Michael Czerny (Kanada) ingin melanjutkan semangat reformasi Paus Fransiskus.
Ada lebih dari 20 kandidat potensial (papabile), tetapi konklaf kerap mengejutkan.
Saat dipilih pada 2013, Paus Fransiskus sebelumnya tidak masuk kandidat utama.
Paus Fransiskus dikenal memilih kardinal dari latar belakang dan usia beragam.
Begitu konklaf dimulai, para kardinal akan melakukan dua kali pemungutan suara setiap hari sampai satu kandidat meraih dua pertiga suara.
Biasanya proses ini selesai dalam beberapa hari.
Nama-nama seperti Pietro Parolin (diplomat Vatikan) dan Luis Antonio Tagle (Filipina) disebut-sebut sebagai kandidat terkuat.
Menurut pakar ekonomi Leighton Vaughan Williams di Nottingham Business School, konklaf kini bukan hanya urusan internal gereja, tetapi juga menjadi fenomena budaya global yang dinanti dunia. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News