GenPI.co - China mengambil pendekatan berbeda terkait perang dagang pada masa jabatan kedua Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Dilansir AP News, China menegaskan setiap negosiasi harus dilakukan secara setara.
China terbuka untuk berunding, tetapi membuat persiapan untuk tarif AS yang telah meningkat 20 persen sejak Trump menjabat tujuh minggu lalu.
Tidak ingin lengah seperti yang terjadi pada masa jabatan pertama Trump, China siap dengan tindakan pembalasan, mengenakan pajak mereka sendiri minggu lalu pada impor pertanian utama AS dan banyak lagi.
"Ketika AS menaikkan tarif, China tidak melihat pilihan lain selain membalas," kata Direktur Program China di Stimson Center Sun Yun.
Sun Yun mengatakan itu bukan berarti China tidak ingin bernegosiasi, tetapi tidak mau belas kasihan.
Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China bercita-cita menjadi kekuatan besar baik di panggung regional maupun global.
AS mengenakan tarif sebesar 10 persen lagi, sebagai tambahan atas tarif 10 persen yang telah dikenakan pada tanggal 4 Februari 2025.
Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan tanggapan paling tajam.
"Jika perang adalah yang diinginkan AS, baik itu perang tarif, perang dagang, atau bentuk perang lainnya, kami siap berperang sampai akhir," ujar Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Wang Yi menegaskan tidak ada negara yang boleh berkhayal bahwa mereka dapat menekan China sembari mengembangkan hubungan baik dengan China.
"Tindakan bermuka dua seperti itu tidak hanya buruk bagi stabilitas hubungan bilateral, tetapi juga tidak akan membangun rasa saling percaya," kata Wang. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News