GenPI.co - Iran telah menghentikan perundingan tidak langsung dengan Amerika Serikat di Oman karena ketegangan tetap tinggi atas kemungkinan serangan balasan Israel terhadap Teheran atas serangan rudal sebelumnya, kata menteri luar negeri Republik Islam itu pada hari Senin.
Dilansir AP News, Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyampaikan komentar tersebut kepada media pemerintah Iran saat masih berada di Muscat, Oman.
Kesultanan di tepi timur Jazirah Arab tersebut telah lama menjadi perantara antara Iran dan AS, khususnya dalam pembicaraan rahasia yang melahirkan kesepakatan nuklir Teheran tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia.
"Untuk sementara, proses Muscat dihentikan karena situasi khusus di wilayah tersebut," kata Araghchi, menurut kantor berita milik pemerintah IRNA.
"Kami tidak melihat adanya dasar untuk perundingan sampai kami dapat mengatasi krisis saat ini."
Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Iran di bawah Presiden baru Masoud Pezeshkian telah memberi isyarat bahwa pihaknya ingin berunding dengan AS untuk keringanan sanksi.
Sejak Presiden Donald Trump menarik Amerika keluar dari perjanjian nuklir, Teheran telah mulai memperkaya uranium hingga hampir mencapai tingkat senjata dan meningkatkan jumlah persediaannya.
Namun, badan intelijen dan pejabat AS bersikeras Iran belum memulai upaya untuk membangun senjata nuklir.
Israel telah mengancam akan melakukan serangan balasan besar-besaran atas serangan rudal balistik Iran awal bulan ini, serangan langsung kedua terhadap Israel oleh Iran sejak dimulainya perang Israel-Hamas.
Sementara itu, Pemerintah Australia telah mengenakan sanksi keuangan dan larangan perjalanan yang ditargetkan terhadap lima warga negara Iran yang berkontribusi pada program pertahanan rudal negara itu, kata Menteri Luar Negeri Penny Wong hari Selasa.
Peluncuran setidaknya 180 rudal balistik Iran terhadap Israel pada tanggal 1 Oktober merupakan "eskalasi berbahaya yang meningkatkan risiko perang regional yang lebih luas," kata Wong dalam sebuah pernyataan.
Sanksi baru tersebut menargetkan dua direktur dan seorang pejabat senior di Organisasi Industri Dirgantara Iran, direktur Grup Industri Shahid Bagheri, dan direktur komersial Grup Industri Shahid Hemmat.
Keputusan ini menambah jumlah individu dan entitas terkait Iran yang kini dikenai sanksi oleh Australia menjadi 200.
“Australia akan terus meminta pertanggungjawaban Iran atas tindakannya yang gegabah dan mengganggu stabilitas,” kata Wong. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News