GenPI.co - Penerbangan yang diatur AS telah membawa sekitar 250 warga Amerika dan kerabat mereka keluar dari Lebanon minggu ini selama meningkatnya pertempuran antara Israel dan Hizbullah.
Dilansir AP News, sementara ribuan lainnya yang masih di sana menghadapi serangan udara dan berkurangnya penerbangan komersial.
Di Washington, pejabat senior Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih bertemu pada hari Kamis dengan dua pejabat tinggi Arab Amerika untuk membahas upaya AS dalam membantu warga negara Amerika meninggalkan Lebanon.
Kedua pemimpin tersebut juga bertemu secara terpisah dengan pejabat dari Departemen Keamanan Dalam Negeri.
Anggota DPR negara bagian Michigan Alabas Farhat dan Abed Ayoub, direktur eksekutif Komite Antidiskriminasi Amerika-Arab, menggunakan pertemuan di Gedung Putih untuk "benar-benar menegaskan banyak poin penting tentang isu-isu yang dihadapi anggota komunitas kami di lapangan dan banyak masalah logistik yang mereka hadapi terkait evakuasi ini," kata Ayoub.
Beberapa pejabat dan pemimpin masyarakat di Michigan, tempat tinggal konsentrasi warga Arab Amerika terbesar di negara itu, menyerukan AS untuk memulai evakuasi.
Juru bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan hal itu belum dipertimbangkan saat ini.
"Militer AS, tentu saja, siap dan memiliki berbagai macam rencana. Jika kami perlu mengevakuasi warga negara Amerika dari Lebanon, kami pasti bisa," kata Singh kepada wartawan.
Ia menambahkan, "Kami tidak diminta untuk melakukan itu."
Israel telah meningkatkan serangan udara dan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan yang menargetkan para pemimpin militan Hizbullah yang didukung Iran.
Iran pada hari Selasa menembakkan hampir 200 rudal balistik ke Israel, yang memicu kekhawatiran bahwa serangan yang meningkat, termasuk tanggapan Israel, akan meledak menjadi perang regional habis-habisan.
Israel dan Hizbullah telah saling tembak di perbatasan Lebanon hampir setiap hari sejak sehari setelah Hamas, kelompok militan lain yang didukung Iran, menyerang Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Gaza.
Negara-negara lain, dari Yunani hingga Inggris, Jepang, dan Kolombia, telah mengatur penerbangan atau mengirim pesawat militer untuk mengangkut warga negara mereka.
Sebuah keluarga di AS sedang berduka atas meninggalnya Kamel Ahmad Jawad, seorang penduduk daerah Dearborn, metro Detroit, yang tewas di Lebanon selatan pada hari Selasa setelah mereka mengatakan dia tinggal untuk membantu warga sipil yang terlalu tua, lemah, atau miskin untuk melarikan diri.
Dia sedang berbicara di telepon dengan putrinya pada hari Selasa ketika hantaman hantaman membuatnya terjatuh, kata putrinya, Nadine Kamel Jawad, dalam sebuah pernyataan.
“Dia langsung bangun, mengambil ponselnya, dan mengatakan kepada saya bahwa dia harus segera menyelesaikan salatnya untuk berjaga-jaga kalau-kalau sambaran petir menimpanya lagi,” ungkapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News