GenPI.co - Jutaan orang di Pakistan terus hidup di sepanjang jalur banjir, menunjukkan bahwa baik masyarakat maupun pemerintah belum belajar dari banjir dahsyat tahun 2022 yang menewaskan 1.737 orang, kata para ahli pada hari Kamis.
Dilansir AP News, sementara sebuah kelompok bantuan mengatakan setengah dari korban di antara 300 orang yang tewas akibat hujan sejak Juli adalah anak-anak.
Hujan deras saat ini tengah mengguyur wilayah-wilayah yang terkena dampak banjir parah dua tahun lalu.
Lembaga amal Save the Children mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa banjir dan hujan lebat telah menewaskan lebih dari 150 anak di Pakistan sejak dimulainya musim hujan, yang merupakan lebih dari separuh dari seluruh kematian di daerah yang terkena dampak hujan.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa 200 anak juga terluka di Pakistan akibat hujan, yang juga menyebabkan ribuan orang mengungsi.
Save the Children juga mengatakan bahwa orang-orang yang terkena banjir tinggal di kamp pengungsian di Sanghar, sebuah distrik di provinsi Sindh selatan, yang dilanda banjir besar dua tahun lalu.
“Hujan dan banjir telah menghancurkan 80% tanaman kapas di Sanghar, sumber pendapatan utama bagi para petani, dan membunuh ratusan ternak,” kata lembaga amal tersebut, dan menambahkan bahwa mereka mendukung masyarakat yang terkena dampak dengan bantuan dari mitra lokal.
Khuram Gondal, direktur negara Save the Children di Pakistan, mengatakan bahwa anak-anak selalu menjadi yang paling terkena dampak dalam suatu bencana.
“Kita perlu memastikan bahwa dampak langsung dari banjir dan hujan lebat tidak menjadi masalah jangka panjang. Di provinsi Sindh saja, lebih dari 72.000 anak mengalami gangguan pendidikan,” katanya.
Lembaga amal lain, Islamic Relief yang berbasis di Inggris, juga mengatakan hujan deras selama berminggu-minggu di Pakistan sekali lagi telah memicu pengungsian dan penderitaan di antara masyarakat yang telah hancur oleh banjir tahun 2022 dan masih dalam proses membangun kembali kehidupan dan mata pencaharian mereka.
Asif Sherazi, direktur negara kelompok tersebut, mengatakan kelompoknya tengah menjangkau masyarakat yang terkena dampak banjir.
Belum ada tanggapan langsung dari kementerian perubahan iklim dan otoritas penanggulangan bencana nasional.
Pakistan belum melakukan pekerjaan rekonstruksi besar karena pemerintah tidak menerima sebagian besar dana dari USD 9 miliar yang dijanjikan oleh masyarakat internasional pada konferensi donor tahun lalu di Jenewa.
“Kami tidak belajar dari banjir tahun 2022 itu. Jutaan orang telah membangun rumah dari batu bata lumpur di sepanjang aliran sungai, yang biasanya tetap kering,” kata Mohsin Leghari, yang menjabat sebagai menteri irigasi beberapa tahun lalu. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News