GenPI.co - Beberapa pejabat di Timur Tengah dan AS meyakini tingkat kehancuran di Jalur Gaza yang disebabkan oleh serangan Israel selama sembilan bulan kemungkinan telah membantu mendorong Hamas untuk melunakkan tuntutannya akan perjanjian gencatan senjata.
Dilansir AP News, Hamas pada akhir pekan lalu tampaknya mencabut tuntutannya yang sudah lama agar Israel berjanji mengakhiri perang sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.
Perubahan mendadak ini telah memunculkan harapan baru untuk kemajuan dalam negosiasi yang ditengahi secara internasional.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu membanggakan bahwa tekanan militer, termasuk serangan Israel yang berlangsung selama dua bulan di kota Rafah di Gaza selatan, “adalah hal yang mendorong Hamas untuk memasuki negosiasi.”
Hamas, kelompok militan Islam yang berupaya menghancurkan Israel dan menguasai Gaza pada tahun 2007, sangat tertutup dan sedikit yang diketahui tentang cara kerja internalnya.
Namun dalam komunikasi internal baru-baru ini yang dilihat oleh The Associated Press, pesan yang ditandatangani oleh beberapa tokoh senior Hamas di Gaza mendesak pimpinan politik kelompok itu yang diasingkan untuk menerima proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden.
Pesan-pesan tersebut, yang dibagikan oleh seorang pejabat Timur Tengah yang mengetahui negosiasi yang sedang berlangsung, menggambarkan kerugian besar yang diderita Hamas di medan perang dan kondisi mengerikan di wilayah yang dilanda perang.
Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim untuk membagikan isi komunikasi internal Hamas.
Tidak diketahui apakah tekanan internal ini merupakan faktor dalam fleksibilitas Hamas.
Namun, pesan-pesan tersebut menunjukkan adanya perpecahan dalam kelompok tersebut dan kesiapan di antara para militan utama untuk mencapai kesepakatan dengan cepat, meskipun pejabat tinggi Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, mungkin tidak terburu-buru.
Sinwar telah bersembunyi sejak perang meletus Oktober lalu dan diyakini bersembunyi di sebuah terowongan bawah tanah yang dalam.
Para pejabat AS menolak mengomentari komunikasi tersebut.
Namun seseorang yang akrab dengan intelijen Barat yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah sensitif tersebut.
Dia mengatakan pimpinan kelompok itu memahami pasukannya telah menderita kerugian besar dan hal itu telah membantu Hamas bergerak lebih dekat ke kesepakatan gencatan senjata.
Dua pejabat AS mengatakan bahwa Amerika menyadari adanya perpecahan internal di dalam Hamas dan bahwa perpecahan tersebut, kerusakan di Gaza, atau tekanan dari mediator Mesir dan Qatar dapat menjadi faktor yang menyebabkan kelompok militan tersebut melunakkan tuntutannya untuk mencapai kesepakatan.
Para pejabat AS berbicara dengan syarat anonim untuk membahas pandangan pemerintahan Biden tentang situasi saat ini. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News