GenPI.co - Israel telah menyetujui penyitaan tanah terbesar di Tepi Barat yang diduduki dalam lebih dari tiga dekade, kata kelompok pelacak permukiman pada hari Rabu, sebuah langkah yang kemungkinan akan memperburuk ketegangan yang sudah meningkat terkait dengan perang di Gaza.
Dilansir AP News, perluasan agresif Israel di Tepi Barat mencerminkan pengaruh kuat komunitas pemukim dalam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang paling religius dan nasionalis dalam sejarah negara itu.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang juga seorang pemukim, telah memacu kebijakan perluasan, mengambil alih otoritas baru atas pembangunan permukiman dan mengatakan bahwa ia bermaksud untuk memperkuat cengkeraman Israel di wilayah tersebut dan mencegah terbentuknya negara Palestina.
Pihak berwenang baru-baru ini menyetujui pengambilalihan lahan seluas 12,7 kilometer persegi (hampir 5 mil persegi) di Lembah Yordan, menurut salinan perintah yang diperoleh The Associated Press.
Data dari Peace Now, kelompok pemantau, menunjukkan bahwa ini adalah pengambilalihan tunggal terbesar yang disetujui sejak perjanjian Oslo 1993 pada awal proses perdamaian.
Pemantau permukiman mengatakan perampasan tanah tersebut menghubungkan permukiman Israel di sepanjang koridor utama yang berbatasan dengan Yordania, sebuah tindakan yang mereka katakan merusak prospek negara Palestina yang bersebelahan.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyebutnya sebagai “langkah yang salah arah,” dan menambahkan bahwa “arah yang ingin kita tuju adalah menemukan solusi dua negara yang dinegosiasikan.”
Lahan yang baru disita itu berada di wilayah Tepi Barat, tempat kekerasan pemukim menggusur komunitas Palestina bahkan sebelum pecahnya perang Israel-Hamas.
Kekerasan itu meningkat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang di Gaza.
Pemukim telah melakukan lebih dari 1.000 serangan terhadap warga Palestina sejak Oktober di Tepi Barat, yang menyebabkan kematian dan kerusakan properti, menurut PBB.
Penyitaan tanah, yang disetujui akhir bulan lalu tetapi baru dipublikasikan pada hari Rabu, terjadi setelah penyitaan tanah seluas 8 kilometer persegi (sekitar 3 mil persegi) di Tepi Barat pada bulan Maret dan 2,6 kilometer persegi (1 mil persegi) pada bulan Februari.
Hal itu menjadikan tahun 2024 sebagai tahun puncak perampasan tanah Israel di Tepi Barat, kata Peace Now. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News