GenPI.co - Dalam konfrontasi yang makin meningkat dengan AS dan sekutunya mengenai Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia menantang negara-negara Barat.
Dilansir AP News, perjanjian yang ia tandatangani dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membayangkan adanya bantuan militer timbal balik antara Moskow dan Pyongyang jika salah satu pihak diserang.
Putin juga mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa Rusia dapat memberikan senjata kepada negara yang terisolasi tersebut, sebuah tindakan yang dapat mengganggu stabilitas Semenanjung Korea dan berdampak lebih jauh lagi.
Dia menggambarkan potensi pengiriman senjata sebagai respons terhadap sekutu NATO yang menyediakan senjata jarak jauh kepada Ukraina untuk menyerang Rusia.
Dia dengan blak-blakan menyatakan bahwa Moskow tidak akan rugi apa-apa dan siap melakukan apa pun “sampai akhir” untuk mencapai tujuannya di Ukraina.
Tindakan Putin menambah kekhawatiran di Washington dan Seoul mengenai apa yang mereka lihat sebagai aliansi di mana Korea Utara menyediakan amunisi yang sangat dibutuhkan Moskow untuk perang di Ukraina dengan imbalan bantuan ekonomi dan transfer teknologi yang akan meningkatkan ancaman yang ditimbulkan oleh senjata nuklir Kim dan program rudal.
Perjanjian baru dengan Pyongyang menandai hubungan terkuat antara Moskow dan Pyongyang sejak berakhirnya Perang Dingin.
Kim mengatakan pihaknya meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat aliansi, sementara Putin lebih berhati-hati, mengingat janji bantuan militer timbal balik mencerminkan perjanjian tahun 1961 antara Uni Soviet dan Korea Utara.
Perjanjian tersebut dibatalkan setelah runtuhnya Uni Soviet dan diganti dengan perjanjian yang lebih lemah pada tahun 2000 ketika Putin pertama kali mengunjungi Pyongyang. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News