GenPI.co - Sekitar tiga lusin pengunjuk rasa pro-Palestina merangkak keluar dari tenda mereka pada Kamis pagi di Universitas Cambridge, Inggris, mengambil kopi dan teh dan duduk melingkar untuk pengarahan harian.
Dilansir AP News, "Minumlah air, tampilkan warna-warna Palestina, jangan berbicara dengan wartawan," kata pemimpin mereka di perkemahan dengan 43 tenda di bawah menara Gotik di Kapel King's College.
Jika terjadi masalah, salah satu anggota kelompok berdiri di sepanjang Parade Raja yang berdekatan dengan mengenakan rompi kuning neon bertanda “Penghubung Polisi.”
Namun setelah malam ketiga perkemahan, polisi tidak diperlukan lagi meskipun ada sejumlah kecil demonstran tandingan, menurut para pengunjuk rasa dan pedagang setempat.
Paling-paling, nyanyian kelompok tersebut pada hari Senin menyebabkan beberapa pelanggan meninggalkan meja kafe mereka di trotoar dan masuk ke dalam ruangan, kata Beverley Atay, manajer Copper Kettle di seberang jalan.
“Mereka hanya mengutarakan pendapatnya, itu hak mereka,” katanya sambil mengamati pemandangan di luar jendela kafe.
Meskipun suasana relatif tenang di Cambridge dan kampus-kampus Inggris lainnya, Perdana Menteri Rishi Sunak memanggil para pemimpin universitas ke kantornya di Downing Street pada hari Kamis dalam upaya untuk mencegah kerusuhan mahasiswa yang melanda Amerika Serikat.
Sebelum pertemuan tersebut, Sunak memperingatkan “siswa dan staf akademik menjadi sasaran, ancaman, dan penyerangan hanya karena mereka adalah orang Yahudi.”
“Kami akan selalu melindungi kebebasan berbicara dan hak untuk melakukan protes,” tulis Sunak di Times of London.
“Tetapi yang sama pentingnya, universitas mempunyai tugas besar untuk tetap menjadi benteng toleransi, di mana perdebatan tersebut dilakukan dengan menghormati orang lain dan di mana setiap mahasiswa merasa aman dan betah, apa pun keyakinan atau latar belakang mereka.”
Intervensi Sunak terjadi setelah pengunjuk rasa pro-Palestina membangun perkemahan di sekitar selusin universitas di Inggris selama dua minggu terakhir.
Beberapa mahasiswa dan akademisi menyerukan institusi tersebut untuk memutuskan hubungan dengan Israel terkait konflik di Gaza. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News