Pengunjuk Rasa Hong Kong Berhasil Pukul Mundur Polisi

13 Oktober 2019 21:17

GenPI.co - Aktivis pro-demokrasi Hong Kong dan polisi anti huru hara kembali bentrok dalam unjuk rasa yang berakhir ricuh pada Minggu (13/10). Bentrokan tersebut terjadi di tengah aktivitas warga, sehingga suasana jadi mencekam.

Sebelumnya aksi unjuk rasa di pusat perbelanjaan Kota Hong Kong dimulai dengan damai saat siang hari. Tetapi saat menjelang sore peserta unjuk rasa yang berpakaian hitam merusak toko, stasiun kota dan mereka memblokade jalan di sekitar kota.

Menindaklanjuti perilaku pengunjuk rasa aparat kepolisian bertindak represif dengan melontarkan gas air mata agar pengunjuk rasa membubarkan diri. Polisi berhasil menangkap pengunjuk rasa yang diduga melakukan tindakan anarkistis.

Sementara, saat melakukan perusakan, para pengunjuk rasa yang umumnya masih muda, banyak yang memakai masker wajah untuk melindungi identitas mereka.

Aparat kepolisian tak berhasil menangkap pengunjuk rasa yang berada di mal. Aparat kepolisian dihalau oleh pengunjung mal hingga keluar dari pusat perbelanjaan tersebut. Sekitar 50 pengunjung mal berhadapan dengan polisi tersebut.

“Kalian adalah mafia polisi Hong Kong,” teriak salah satu pengunjung mall, yang dilansir dari Reuters.

Polisi Hong Kong yang pernah dipuji sebagai yang terbaik di Asia telah dituduh menggunakan kekuatan berlebihan dalam penanganan pengunjuk rasa dan telah kehilangan kepercayaan dan rasa hormat dari banyak warga Hong Kong.

“Hong Kong dulu kota yang makmur dan sekarang dia telah menjadi negara polisi. Hong Kong adalah rumah saya. Kita harus melindunginya. Kita harus melawan,” kata seorang pria yang berusia 70 tahun yang bernama Hui.

Hui merupakan bagian dari kelompok berusia 60 hingga 70 tahun di Nathan Road, Kowloon. Ia mengikuti unjuk rasa untuk menghibur para pengunjuk rasa saat memblokade jalan.

Diketahui gelombang unjuk rasa terjadi sejak empat bulan lalu. Demonstran menolak cengkraman China terhadap Hong Kong.

Protes dimulai terhadap RUU ekstradisi yang sekarang ditinggalkan tetapi telah meluas ke gerakan pro-demokrasi yang menimbulkan kericuhan di beberapa tempat.

Akibat kericuhan yang terus terjadi menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis terburuk sejak Inggris mengembalikannya ke China pada tahun 1997 dan merupakan tantangan populer terbesar bagi Presiden Cina Xi Jinping sejak ia berkuasa pada tahun 2012.

Selain itu, akibat kericuhan yang terus terjadi membuat dunia pariwisata terpuruk. Bahkan toko-toko yang berada di pusat kota mengalami kerugian secara signifikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co