GenPI.co - Prancis, Inggris dan Jerman pada hari Sabtu (10/9) dibuat frustrasi oleh permintaan Iran dalam pembicaraan nuklir.
Dalam pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 itu (JCPOA), Iran meminta pengawas nuklir PBB menutup penyelidikan partikel uranium yang ditemukan di tiga lokasi.
Menurut Iran, penyelidikan itu dapat membahayakan pembicaraan.
Iran awal bulan ini mengirim tanggapan terbarunya terhadap teks yang diusulkan Uni Eropa untuk menghidupkan kembali perjanjian.
Para diplomat mengatakan tanggapan Iran terhadap koordinator UE adalah langkah mundur.
Pasalnya, negara itu berusaha menghubungkan kebangkitan kesepakatan dengan penutupan penyelidikan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke dalam jejak uranium.
“Permintaan terbaru ini menimbulkan keraguan serius mengenai niat dan komitmen Iran untuk hasil yang sukses di JCPOA,” ungkap ketiga negara, yang dikenal sebagai E3, dalam sebuah pernyataan
Mereka menambahkan, posisi Iran bertentangan dengan kewajibannya yang mengikat secara hukum dan membahayakan prospek pemulihan JCPOA.
Presiden AS saat itu Donald Trump meninggalkan kesepakatan pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi AS.
Hal itu mendorong Iran untuk mulai melanggar pembatasan nuklir kesepakatan dan menghidupkan kembali kekhawatiran AS, Arab, dan Israel yang menuding negara itu membangun bom atom.
Iran sendiri selalu membantah bahwa memiliki ambisi membangun senjata nuklir.
Sebelumnya pada Rabu (7/9), IAEA mengatakan bahwa stok uranium Iran yang diperkaya hingga 60%.
Jumlah tersebut telah tumbuh menjadi cukup jika diperkaya lebih lanjut untuk sebuah bom nuklir.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News