GenPI.co - Warga Negara Indonesia (WNI) di Rusia, Yasir Gunawan, bercerita soal bagaimana masyarakat Rusia memandang Ukraina, terutama di saat kedua negera tersebut bersitegang.
Gunawan mengatakan, permasalahan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, yakni saat Ukraina dan Rusia masih dalam Uni Soviet.
Saat itu, Eropa dan Amerika berunding untuk menciptakan sebuah organisasi militer yang sekarang dikenal dengan NATO untuk melawan Uni Soviet.
“Namun, anehnya ketika Uni Soviet telah runtuh menjadi beberapa bagian, termasuk Rusia dan Ukraina, NATO masih saja eksis,” kata Gunawan kepada GenPI.co Minggu (27/2).
Gunawan mengatakan, seiring berjalannya waktu, banyak negara Eropa yang bergabung dengan NATO.
Menurut dia, dari seluruh negara yang berada di perbatasan negara Rusia, hanya tersisa dua negara saja yang bukan anggota NATO, salah satunya Ukraina.
“Kebayang, dong. Berarti sekarang Rusia dalam kata lain sudah di kepung oleh NATO dan hanya tersisa celah di Ukraina serta Belarus,” katanya.
Gunawan mengatakan, Belarus dari awal sudah mendeklarasikan diri sebagai negara netral, mirip seperti Indonesia.
Sebaliknya, Ukraina terus dilirik NATO untuk bergabung dalam organisasi mereka.
“Rusia berpikir bahwa jika Ukraina dibiarkan bergabung dengan NATO, efeknya ialah hilang sudah persaudaraan mereka, yang mana Ukraina dan Belarus ini merupakan negara pecahan Uni Soviet dengan luas geografis paling besar,” katanya.
Gunawan mengatakan, warga Rusia sendiri menyimpulkan dari ucapan Presiden Putin sebelum agresi ini bahwa mereka tidak ingin menguasai tanah Ukraina, tetapi hanya meminta agar Ukraina tidak bergabung ke NATO.
Pasalnya, jika Ukraina bergabung ke NATO, maka secara kultural mereka telah memutuskan tali persaudaraan.
“Karena sudah jelas NATO adalah musuh Rusia,” katanya.
Gunawan mengatakan, masyarakat Rusia percaya langkah Putin menyerang Ukraina ini sebenarnya tidak sekejam yang dibesarkan oleh media-media internasional.
Gunawan mengatakan, Rusia hanya ingin melumpuhkan kendali militer Ukraina supaya mereka tidak menyombongkan diri.
Ia menggarisbawahi bahwa sebelum perang dimulai, sempat viral bahwa Ukraina seakan begitu siap berperang melawan Rusia.
“Sebelum penyerangan terjadi, Rusia sudah mencoba bernegoisasi dengan Ukraina dan NATO. Akan tetapi, lagi-lagi ditolak hingga memancing Rusia untuk lebih serius dengan sikap mereka,” tandas Gunawan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News