GenPI.co - Presiden Prancis Emmanuel Macron berhasil menjinakkan pemimpin Rusia Vladimir Putin pada Minggu (20/2) saat keduanya sepakat untuk mengupayakan gencatan senjata di Ukraina timur.
Kantor kepresidenan Prancis mengabarkan, kedua pemimpin itu mencapai kesepakatan setelah bicara selama 105 menit di telepon.
“Perlunya mendukung solusi diplomatik untuk krisis yang sedang berlangsung dan melakukan segalanya untuk mencapainya,” demikian pernyataan Kantor Macron
Ditambahkan pula bahwa, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian dan Rusia-nya rekannya Sergei Lavrov akan bertemu "dalam beberapa hari mendatang".
Putin dan Macron mengatakan mereka akan bekerja "secara intensif" untuk memungkinkan Grup Kontak Trilateral, yang mencakup Ukraina, Rusia dan OSCE, bertemu dalam waktu dekat.
Pertemuan itu bertujuan membuat semua pihak yang berkepentingan berkomitmen untuk melakukan gencatan senjata pada garis Ukraina timur di mana pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia saling berhadapan.
"Pekerjaan diplomatik yang intens akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang," kata kantor Macron, dengan beberapa konsultasi berlangsung di ibu kota Prancis.
Macron dan Putin juga sepakat bahwa pembicaraan antara Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman harus dilanjutkan.
Hal itu demi tercapainya penerapan apa yang disebut protokol Minsk yang pada 2014 telah menyerukan gencatan senjata di Ukraina timur.
“Kedua pemimpin juga sepakat untuk bekerja menuju "pertemuan tingkat tinggi dengan tujuan mendefinisikan perdamaian dan keamanan baru di Eropa", kata kantor Macron.
Presiden AS Joe Biden juga bersedia bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin "kapan saja" untuk mencegah perang di Ukraina,
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan kepada CNN "semua yang pihaknya lihat menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi sangat serius.
“Kami berada di ambang invasi,” kata dia
Aksi militer agresif telah dimulai di dan sekitar Ukraina, yang menghadapi peningkatan penembakan dari pemberontak separatis yang didukung Rusia.
Menurut Blinken, lebih dari 150.000 tentara Rusia bersiap-siap di perbatasannya.
"Tapi sampai tank dan pesawat terbang benar-benar meluncur, kami akan menggunakan setiap kesempatan dan setiap menit kami harus melihat apakah diplomasi masih bisa menghalangi Presiden Putin untuk meneruskan ini," kata Blinken.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News