GenPI.co - Sebuah laporan pada Senin (29/11) mengungkap Israel membagi informasi intelijen penting dengan Amerika Serikat terkait upaya Iran yag bersiap memperkaya uranium.
Kanal berita Axios, mengutip dua sumber AS yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut, mengatakan persiapan tersebut memungkinkan Teheran untuk mencapai tingkat senjata hanya dalam beberapa minggu.
Analis Israel dilaporkan telah memperingatkan AS bahwa Iran dapat membuat keputusan seperti itu segera, untuk mempengaruhi pembicaraan nuklir dengan kekuatan dunia, yang dimulai kembali di Wina pada Senin (29/11) beberapa bulan setelah dihentikan.
Iran saat ini memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, sudah jauh melebihi batas yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015. Tidak ada penggunaan sipil untuk uranium yang diperkaya 90%.
Dalam komentar publik pada hari Senin, Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan bahwa pejabat pertahanan Israel berbagi informasi intelijen dengan sekutu yang menunjukkan Iran terus bergegas menuju bom nuklir menjelang dimulainya kembali negosiasi.
Dia meminta kekuatan dunia untuk meminta "harga" dari Iran untuk pengayaan uranium yang terus berlanjut yang melanggar kesepakatan nuklir 2015.
“Perlu ada harga yang dinyatakan dalam sanksi ekonomi dan kegiatan militer sehingga Iran menghentikan perlombaan nuklir dan agresi regional mereka,” tambah Gantz.
Israel juga dilaporkan berbagi intelijen yang menunjukkan bahwa Iran dapat mengintensifkan serangannya terhadap pasukan AS di Timur Tengah, melalui proxy di berbagai negara, dalam upaya untuk mendapatkan pengaruh dalam pembicaraan.
Dalam laporan terpisah Senin, berita Channel 13 mengutip dua pejabat Israel yang mengatakan mereka telah menyarankan AS untuk mulai membangun pasukan militer di Timur Tengah jika negosiasi nuklir gagal.
Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa Israel mengharapkan Presiden AS Joe Biden untuk mempersiapkan opsi militer yang kredibel melawan Iran.
Mereka juga mengatakan Biden harus mulai membentuk koalisi internasional untuk meningkatkan opsi semacam itu.
Jaringan tersebut juga melaporkan bahwa Perdana Menteri Naftali Bennett ingin berbicara dengan Biden untuk menjelaskan kekhawatiran Israel tentang pembicaraan nuklir.
Pembicaraan internasional tentang program nuklir Iran dimulai kembali pada hari Senin di Wina, setelah jeda lima bulan.
Teheran menuntut penghapusan sanksi Amerika sebagai syarat untuk memulihkan kesepakatan nuklir 2015.
Iran mengatakan pada hari Senin bahwa mereka memiliki kebulatan tekad yang kuat untuk mencapai kesepakatan dan menantikan pembicaraan yang bermanfaat.
"Jika pihak lain menunjukkan kemauan yang sama, kami akan berada di jalur yang benar untuk mencapai kesepakatan," kata juru bicara kementerian luar negeri Iran Said Khatibzadeh.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News