GenPI.co - Nyawa Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi hampir melayang pada Minggu (7/11) kemarin.
Pasalnya, kediaman dia di Baghdad jadi sasaran serangan drone berpeledak.
Kabar baiknya, Kadhimi selamat tanpa mengalami luka dalam percobaan pembunuhan tersebut.
Namun sebagaimana dilaporkan sumber keamanan setempat, enam pasukan pengaman sang perdana menteri terluka dalam peristiwa tersebut.
Mereka dikatakan sedang berjaga-jaga di luar kediaman yang berada di zona hijau bersama perkatoran pemerintah lain ketika serangan terjadi.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengutuk serangan itu dan menawarkan bantuan penyelidikan.
"Aksi terorisme yang nyata ini, yang sangat kami kutuk, diarahkan ke jantung negara Irak," kata juru bicara Ned Price dalam sebuah pernyataan.
Serangan itu terjadi menyusul serangkaian aksi protes di ibu kota Irak atas hasil pemilihan umum bulan lalu yang berujung pada kekerasan.
Kelompok-kelompok yang memimpin protes dan keluhan tentang hasil pemilu 10 Oktober adalah para milisi bersenjata dukungan Iran.
Aksi protes yang mereka gelar pada Jumat berubah jadi kekerasan ketika para demonstran melempari polisi dengan batu dekat Zona Hijau sehingga melukai sejumlah petugas.
Polisi membalas dengan gas air mata dan tembakan sehingga menewaskan sedikitnya seorang demonstran, menurut sumber keamanan dan rumah sakit di Baghdad.
Mereka kehilangan banyak suara parlemen pada pemilu itu dan telah menuduh adanya kecurangan dalam pemilihan dan penghitungan suara.
Hingga kini,belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan.
Akun Twitter resmi Kadhimi mengatakan perdana menteri selamat dan meminta publik untuk tenang.
Analis independen mengatakan hasil pemilu adalah cermin dari kemarahan terhadap milisi-milisi dukungan Iran.
Kelompok-kelompok bersenjata itu dituduh terlibat dalam pembunuhan hampir 600 orang yang turun ke jalan untuk berdemonstrasi anti-pemerintah di sejumlah tempat pada 2019.(ANT)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News