GenPI.co - Prancis kembali peringatkan Australia perihal pembatalan pesanan kapal selam buatan senilai miliaran dolar.
Duta Besar Prancis di Canberra, Jean-Pierre Thebault mengatakan pada hari Sabtu (18/9) bahwa negeri kanguru itu telah membuat kesalahan diplomatik besar.
“Ini adalah kesalahan besar, penanganan yang sangat sangat buruk pada kemitraan - karena ini bukanlah kontrak, tapi kemitraan yang seharusnya berdasarkan kepercayaan, saling mengerti, dan ketulusan,” kata Dubes Thebault pada wartawan di Canberra.
Dia bahkan ditarik dari dari Prancis sebagai bentuk protes atas keputusan sepihak Australia itu.
Pembatalan tersebut dilakukan setelah Australia mencapai kesepakatan baru dengan Amerika Serikat dan Inggris untuk pembelian 8 kapal selam bertenaga nuklir pada Rabu (14/9) .
Sehari setelahnya, Pemerintah Australia mengumumkan akan membatalkan kesepakatan pada 2016 dengan Naval Group di Prancis untuk membangun kapal selam konvensional.
Langkah tersebut memantik kemarahan Prancis, sekutu AS dan Inggris di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Prancis pun memanggil pulang para duta besarnya dari Washington dan Canberra.
Keputusan Australia juga membuat beberapa negara di kawasan tersebut
Malaysia mengatakan bahwa keputusan Canberra untuk membangun kapal selam bertenaga atom dapat memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan.
“Ini akan memicu kekuatan-kekuatan lain untuk ikut bertindak lebih agresif di kawasan, terutama di Laut China Selatan,” kata kantor Perdana Menteri Malaysia, Sabtu, tanpa menyebut China.
Kebijakan Luar Negeri China di kawasan menjadi semakin agresif, terutama terkait klaim maritimnya atas Laut China Selatan yang kaya akan sumber daya alam.
Ada klaim China di Laut China Selatan yang menimbulkan sengketa dengan Malaysia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News