GenPI.co - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan ramalan maut. Ada kehancuran yang disebut bakal menghantam Afghanistan.
Arah dari ramalan ini langsung ke Taliban. Bila ingin terus berkuasa, Taliban wajib hati-hati.
Ramalan PBB tadi tak asal-asalan. Ada data dan analisis yang dilakukan utusan khususnya untuk Afghanista, Deborah Lyons.
Dari data itu, Deborah sangat yakin akan ada kehancuran total, baik secara sosial ataupun ekonomi.
Dari sisi ekonomi, ada pembekuan aset miliaran dolar milik Afghanistan.
Artinya, Afhanistan tak punya uang. Kas negaranya kosong melompong.
Ini diyakini bakal memicu kemerosotan ekonomi yang parah dan mendorong jutaan lebih warga dalam kemiskinan serta kelaparan.
Bila ingin menyelamatkan Afghanistan, harus ada jalan yang dibuka agar uang itu mengalir ke rakyat.
Namun pengamanan maksimal harus dilakukan agar tidak disalahgunakan.
"Ekonomi harus dibiarkan bernafas selama beberapa bulan," katanya kepada Dewan Keamanan PBB, Kamis (9/9/2021) dikutip Reuters.
Afghanistan saat ini punya USD 10 miliar aset. Semua terparkir di luar negeri.
"Taliban mencari legitimasi dan dukungan internasional. Pesan kami sederhana: (jika menginginkan) legitimasi, dukungan apa pun harus diperoleh," kata Diplomat Senior AS Jeffrey DeLaurentis dalam forum PBB yang sama.
Sementara itu, di saat Barat 'menjepit' Taliban, China merapat ke kelompok tersebut.
Beijing memutuskan untuk memberikan bantuan dana sebesar USD 31 juta.
Beberapa analis menganggap hubungan baik antara China dan Taliban ini dikarenakan kepentingan ekonomi Beijing yang sangat besar.
Afghanistan sendiri memiliki banyak sumber daya alam yang belum dieksploitasi seperti tembaga, batu bara, kobalt, merkuri, emas, dan lithium.
Jumlahnya ditaksir bisa menembus lebih dari USD 1 triliun. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News