Ngeri! Perang Besar Antarsuku Pecah, Mayat-mayat Bergelimpangan

07 Juni 2021 22:53

GenPI.co - Sebanyak 36 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah bentrokan antara suku Arab dan non-Arab di Darfur Selatan selama akhir pekan.

Pertempuran pecah pada Sabtu (5/6/2021) lalu, antara Taisha Arab dan suku Fallata Afrika di daerah terpencil Um Dafuq di Darfur Selatan.

Sementara, kantor berita resmi SUNA mengatakan ketenangan mulai pulih pada hari Senin (7/6/2021).

BACA JUGA:  Pecah! Malaysia Mendadak Ngamuk, Perang Lawan China Berkecamuk

“Pasukan militer dikerahkan ke daerah bentrokan untuk menyelesaikan konflik antara suku Fallata dan Taisha yang menewaskan 36 orang dan melukai 32 lainnya,” kata seorang pejabat Darfur Selatan yang tak mau disebutkan namanya itu, seperti dilansir dari AFP.

Tidak segera jelas apa yang memicu bentrokan tetapi pertempuran serupa sering meletus di wilayah Darfur atas tanah dan akses ke air.

BACA JUGA:  Israel Bisa Rontok dari Dalam, Ancaman Perang Seret Netanyahu

Sedangkan, warga Um Dafuq Eissa Omar mengaku mendengar suara senjata berat sepanjang pertempuran pecah Sabtu dan berlanjut pada Minggu.

Wilayah Darfur yang luas, yang terletak di Sudan barat, telah menjadi tempat terjadinya serangan kekerasan serupa dalam beberapa bulan terakhir.

BACA JUGA:  Konflik dengan Israel, Palestina Ungkap Fakta Mencengangkan!

Sebelumnya, pada bulan April, sedikitnya 132 orang tewas dalam pertempuran Darfur Barat antara anggota suku Massalit dan komunitas Arab, memaksa pihak berwenang untuk memberlakukan keadaan darurat.

Pada bulan Januari, bentrokan baru antara suku Arab dan non-Arab di wilayah Darfur Barat dan Selatan menewaskan lebih dari 250 orang.

Kekerasan itu terjadi ketika Sudan menavigasi transisi yang sulit setelah penggulingan presiden lama Omar al-Bashir pada April 2019, setelah protes massal terhadap pemerintahannya.

Pemerintah transisi yang dibentuk setelah penggulingan Bashir telah mendorong untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama termasuk di Darfur.

Ini menandatangani perjanjian perdamaian penting dengan beberapa kelompok pemberontak utama pada bulan Oktober, dan saat ini sedang dalam pembicaraan untuk menempa perdamaian dengan dua kelompok yang tersisa.

Kekerasan baru-baru ini di Darfur tampaknya tidak melibatkan penandatangan kesepakatan damai Oktober.

Pada tanggal 31 Desember, misi penjaga perdamaian PBB dan Uni Afrika mengakhiri operasinya di Darfur.

Darfur adalah tempat konflik pahit 2003 yang mengadu pemberontak etnis minoritas Afrika melawan pengembara Arab yang didukung oleh pemerintah Khartoum di bawah Bashir.

Konflik mematikan yang menewaskan sekitar 300.000 orang dan membuat 2,5 juta orang mengungsi. Meski konflik itu mulai mereda selama bertahun-tahun tetapi bentrokan antar-etnis masih sesekali meletus.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co