GenPI.co - Iran belum mengklarifikasi pertanyaan Badan pengawas nuklir PBB (IAIE) terkait kemungkinan aktivitas nuklir yang tidak diumumkan setelah sejumlah jejak uranium terdeteksi di tiga lokasi.
IAEA dalam hasil inspeksinya menemukan indikasi bahan nuklir dan/atau peralatan yang terkontaminasi oleh bahan nuklir telah ada di tiga lokasi yang tidak diumumkan. Sebagian besar aktivitas yang dipertanyakan itu berasal dari awal 2000-an.
Badan itu juga mengatakan Iran telah gagal menjawab pertanyaan mengenai situs keempat di mana uranium alami mungkin ada antara 2002 dan 2003 dalam bentuk cakram logam.
Laporan itu mengatakan direktur jenderal IAEA Rafael Grossi prihatin bahwa diskusi teknis antara badan tersebut dan Iran tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Hal itu mengacu pada pertukaran di situs di mana aktivitas nuklir yang tidak diumumkan mungkin telah terjadi.
“Kurangnya kemajuan dalam mengklarifikasi pertanyaan IAEA mengenai kebenaran dan kelengkapan deklarasi perlindungan Iran secara serius mempengaruhi kemampuan Badan untuk memberikan jaminan tentang sifat damai dari program nuklir Iran,” bunyi laporan itu.
Kesimpulan ini muncul meskipun ada upaya proaktif yang diluncurkan oleh IAEA pada bulan April untuk memecahkan kebuntuan atas masalah tersebut.
Pada bulan Februari, pengawas atom mengatakan pihaknya "sangat prihatin" dengan kemungkinan keberadaan bahan nuklir di situs yang tidak diumumkan.
Perdana Menteri Israel menyebut lokasi itu Benjamin Netanyahu sebagai gudang atom rahasia.
Situs yang dipermasalahkan berada di distrik Turquzabad di Teheran, yang sebelumnya diidentifikasi oleh Israel sebagai lokasi yang diduga sebagai tempat aktivitas atom rahasia.
Inspektur dari Badan Energi Atom Internasional mengunjungi situs itu beberapa kali setelah Netanyahu mengidentifikasinya dalam pidatonya di Majelis Umum PBB tahun 2018.
Sampel tanah pun diambil , dan kemudian secara pasti menyimpulkan bahwa ada "jejak bahan radioaktif" di sana.
Sumber mengatakan kepada AFP pada Februari bahwa tidak ada indikasi situs tersebut telah digunakan untuk memproses uranium, tetapi itu bisa digunakan untuk menyimpannya hingga akhir 2018.
Pekan lalu, IAEA mengatakan telah memperpanjang perjanjian sementara dengan Iran hingga 24 Juni yang memungkinkan banyak inspeksi untuk dilanjutkan.
Laporan terbaru akan disajikan kepada dewan gubernur IAEA minggu depan.
Iran dan kekuatan dunia terlibat dalam pembicaraan di Wina untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 setelah mantan presiden AS Donald Trump meninggalkannya pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan terhadap Teheran.
Pengganti Trump Joe Biden telah mengisyaratkan kesediaannya untuk menghidupkan kembali rencana tersebut.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News