Ya Tuhan, Israel Kejam Banget, Perang Besar Pecah di Jalur Gaza

15 Mei 2021 16:28

GenPI.co - Lusinan warga Palestina telah terluka dalam insiden terpisah di Tepi Barat yang diduduki, ketika ketegangan meningkat di tengah meningkatnya pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung.

Setidaknya delapan warga Palestina terluka pada Kamis (14/5/2021) kemarin, ketika sekelompok pemukim dari pemukiman ilegal menyerang desa Duwwaneh dekat Hebron.

BACA JUGA: Dikenal Kejam, Kim Jong Un Ternyata Peduli pada Rakyat Korut

Secara terpisah, setidaknya 34 warga Palestina terluka dalam konfrontasi dengan tentara Israel semalam di berbagai lokasi di Tepi Barat.

Putaran terakhir cedera terjadi ketika warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki turun ke jalan sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza.

Tak hanya itu, remaja Palestina Rashid Abu Arreh ditembak mati oleh tentara Israel di Tubas, utara Nablus. Lalu, beberapa jam sebelumnya, Hussein al-Titi, 26 tahun, ditembak mati selama protes terhadap tentara Israel di kamp pengungsi al-Fawwar.

Salah seorang warga Palestina, Ibrahim mengatakan jenis cedera Palestina di Tepi Barat yang diduduki, yang sebagian besar terjadi di distrik Hebron, menunjukkan sejauh mana tindakan keras Israel.

"Ini adalah jumlah yang sangat tinggi dari cedera akibat tembakan langsung, yang menunjukkan kepada kita bahwa situasinya bisa meningkat agak cepat," kata Ibrahim dalam pernyataannya, seperti dilansir d Aljazeera,, Sabtu (15/5/2021).

Sementara, militer Israel mengatakan Hamas mulai menembakkan roket ke Israel pada Senin malam, setelah berhari-hari protes pengusiran keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki dan mengakibatkan penggerebekan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa.

Israel melancarkan serangkaian serangan udara di Jalur Gaza yang telah menewaskan sedikitnya 83 warga Palestina, termasuk 17 anak-anak, menurut pejabat kesehatan Palestina. Dan, setidaknya tujuh orang Israel telah tewas dalam eskalasi tersebut.

Selain itu, kekerasan juga telah menyaksikan lonjakan kekerasan antar-komunal di kota-kota yang secara agama 'bercampur' di seluruh Israel seperti Lod, Acre dan Haifa, termasuk percobaan hukuman mati, perusakan properti, dan pembakaran situs-situs keagamaan.

Peneliti dan penulis Mariam Barghouti menerangkan perlakuan pasukan keamanan Israel terhadap warga Palestina di Israel dan wilayah Palestina yang diduduki menunjukkan praktik diskriminasi Israel.

“Tapi lebih dari itu, itu mengingatkan kita bahwa kita adalah orang Palestina. Kami tidak lagi melihatnya terbagi. Garis perbatasan yang telah dibuat untuk kami benar-benar dikaburkan oleh orang-orang Palestina,” tambah Barghouti.

BACA JUGA: Jika Kim Jong Un Mangkat, Adik Perempuannya Bakal Lebih Kejam

Barghouti mengungkapkan peringatan 15 Mei mendatang dari tahun 1948 pembentukan negara Israel, yang setiap tahun ditandai sebagai Nakba atau malapetaka oleh Palestina, dan tidak akan diperingati melainkan dihadapkan.

“Nakba sedang berlangsung. Sheikh Jarrah adalah pengungsi. Haifa adalah perpindahan. Apa yang dilakukan Israel adalah mencoba menyelesaikan apa yang dimulai pada tahun 1948,” tutur Barghouti.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co