GenPI.co - Sebanyak 17.500 orang di Burkina Faso telah mengungsi paksa dari rumah mereka dalam 10 hari terakhir karena serangkaian serangan oleh kelompok bersenjata tak dikenal yang telah menewaskan 45 orang.
Serangan oleh kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS di wilayah Sahel Afrika Barat telah meningkat tajam sejak awal tahun, terutama di Mali, Niger dan Burkina Faso, dengan warga sipil yang menanggung beban tersebut.
BACA JUGA: Mencekam, Aparat Militer Venezuela Ditembak, Dunia Bergetar
Menurut UNHCR bahwa orang-orang bersenjata telah melakukan serangkaian serangan di tiga wilayah terpisah, membakar rumah-rumah, menyiksa habis warga sampai tewas dan menembak mati warga sipil.
Para penyerang juga menggeledah pusat kesehatan dan merusak rumah serta toko.
"Jelas salah satu alasannya adalah menyebabkan kekacauan dan menyiksa warga sipil," kata juru bicara UNHCR Boris Cheshirkov dalam sebuah penjelasan di Jenewa, seperti dilansir dari Aljazeera, Jumat (7/5/2021).
Situasi keamanan di wilayah Sahel memicu salah satu krisis pengungsian yang tumbuh paling cepat di dunia.
Sebleumnya, sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita Reuters pada bahwa penyerang bersenjata telah menewaskan sekitar 30 orang dalam serangan di sebuah desa di timur Burkina Faso.
BACA JUGA: Kehancuran Venezuela, Warga Melarikan Diri, Tentara di Mana-mana
Pekan lalu, dua jurnalis Spanyol dan seorang warga Irlandia tewas dalam penyergapan oleh tersangka pemberontak selama patroli anti-perburuan di dekat cagar alam di timur Burkina Faso.
Kekerasan di Burkina Faso telah membuat lebih dari 1,14 juta orang mengungsi hanya dalam waktu dua tahun, sementara negara miskin yang gersang itu juga menampung sekitar 20.000 pengungsi dari negara tetangga Mali yang mencari perlindungan dari kekerasan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News