GenPI.co - Dibangun dengan nuansa alami, Mahasiswa ramai mendatangi Pondok Bivak yang ada di Kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Kantin ala gubuk ini yang tengah hits dikalangan mahasiswa di Jalan Politeknik, Senggarang Km. 24 Kota Tanjungpinang.
Pondok Bivak dibangun oleh mahasiswa pecinta alam di Umrah (Mahapala) yakni Rafi Hidayat dan Bukhari. Pas dikantong anak kuliahan, minuman yang mereka jual itupun tidak kalah enak seperti yang ada di kafe-kafe. Mulai dari harga Rp. 5.000 sudah bisa mendapatkan segelas kesegaran.
Salah satu pelanggan, Amalina mengaku hampir setiap hari membeli sambil bersantai di kantin kecil itu. Sembari menunggu jam kuliah masuk. Menu yang paling dia sukai yaitu green forest.
"Rasanya enak dan segar. Ditambah lagi harganya murah. cocoklah dengan isi dompet mahasiswa seperti kami ini." ujarnya.
Baca juga: Tebarkan Kreativitas Positif di Ruang Terbuka Taman Batu
Minuman ini memiliki gradasi warna yang cantik yaitu hijau, biru dan putih. Dibuat dari campuran soda, sirup rasa melon yang berwarna hijau dan sirup blueberry di bagian atas dalam gelas. Ditambah lagi biji selasih, potongan-potongan kecil jelly atau nata de coco dan potongan lemon. Membuat rasanya semakin nikmat sebagai pelepas dahaga.
Selain minuman bersoda, Pondok Bivak juga menyediakan air kelapa. Untuk menu ini memang tak kalah segar dan juga ramai peminatnya. Apalagi sambil dinikmati di sekitaran pondok yang dikelilingi pohon-pohon yang rindang dan semilir angin yang berhembus syahdu.
Rafi mengatakan Pondok Bivak dibangun terinspirasi dari rumah sederhana yang dibuat saat mereka berkemah sebagai tempat berlindung dari panas, hujan dan gangguan dari luar seperti binatang buas dan lainnya.
Bahan-bahan yang digunakan terbuat dari alam. Seperti dindingnya terbuat dari potongan-potongan kayu yang di susun sejajar. Sedangkan atap terbuat dari daun ilalang. Persis seperti gubuk. Untuk menambah variasi, mereka membuat meja dan kursi untuk pengunjung yang ingin minum di tempat.
"Pintu-pintu juga dari potongan kayu. Sisi kiri, kanan, depan dan belakang itu kita buat bisa dibuka dan ditutup. Seperti diwarung-warung gitu." jelas pria yang sering disapa dengan panggilan Sulung itu.
Sebagai anak pecinta alam dan peduli lingkungan, Rafi dan teman-teman tetap menjaga kebersihan disekiling tempat mereka berdagang. Sampah-sampah dibuang di tempat yang telah mereka sediakan. Selain itu, anggota pecinta alam lainnya pun turut menjaga walaupun tidak berjualan.
"Menjaga lingkungan itu harus. Sampah-sampah plastik kita kumpulkan di satu tempat. Sampah-sampah plastik saya jadikan ecobrik. Nantinya sudah terkumpul mau saya buat kursi," tungkasnya.
Pria dengan rambut keriting itu menjelaskan bahwa ecobrick adalah bata yang ramah lingkungan dan menjadi salah satu dari sekian banyak cara mendaur ulang sampah plastik.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News