Belangkas, Si Buruk Rupa Lambang Cinta Sejati

28 Maret 2019 09:01

Belangkas, mahluk payau, memang punya rupa yang buruk. Tubuhnya dilapisi cangkang keras. Mirip kepiting, namun punya ekor panjang. Mahluk air ini memang golongan hewan purba. Tidak berubah bentuknya sejak jutaan tahun lalu.  Itu sebabnya disebut living fossils oleh orang-orang bule di belahan bumi barat sana.

Tampilan boleh seperti alien. Namun soal kesetiaan terhadap pasangan, belangkas belum tertandingi  oleh mahluk laut manapun.  Hewan ini monogamic. Hanya setia pada satu pasangan sampai akhir hayat. Mereka juga romantis. Ke mana-mana selalu berdua.  

Baca juga: Fakta Belangkas si Hewan Purba 

Makanya, belangkas ini juga kerap dijadikan sebagai simbol cinta sejati. Cinta tanpa syarat. Jenis cinta yang hanya bisa dipisahkan oleh maut. Cinta tanpa pamrih, yang memberi namun tak harap kembali.

Untuk bertahan hidup, belangkas menyusuri lingkungan hutan bakau pada malam hari. Di antara akar-akar bakau yang terjalin rapat, hewan ini mencari kerang, cacing maupun alga untuk dimakan

“Belangkas ini masih banyak di bakau Desa Tembeling, Bintan. Para nelayan yang menjaring ketam juga banyak yang tertangkap belangkas.” ujar Wan Rudy, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bintan kepada GenPI.co belum lama ini.

Belangkas juga ditemukan di beberapa daerah di Jawa. Masyarakat di sana memanggilnya mimi untuk yang berjenis kelamin jantan. Sementara untuk yang betina disebut mintuna. Di Inggris belangkas dikenal sebagai horseshoe crab. Itu karena bentuknya yang dianggap mirip seperti ladam kuda.

Butuh usaha keras untuk hewan yang masuk satwa dilindungi berdasarkan peraturan Menteri LHK itu. Menurut Edi Sutrisno, penulis buku Wonderful Kepri, dari mulai menetas hingga siap panen, seluruhnya memerlukan waktu empat belas hingga lima belas tahun. 

“Memang agak lama untuk membiakkan hewan perairan dangkal ini,” ujarnya saat mengunjungi penangkaran belangkas di Johor Malaysia, beberapa waktu silam. 

Sementara di alam bebas, keberadaan belangkas ini semakin langka. Itu karena hewan ini kerap diburu untuk kebutuhan medis. Darahnya diklaim berkhasiat terhadap kesehatan. “Jika tidak ada upaya konservasi, dua puluh tahun lagi belangkas tinggal cerita,” imbuh Edi yang juga merupakan Batam Heritage Society itu. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co