GenPI.co - Sudah 10 tahun aku menikah dengan Deni. Selama ini pernikahan kami bisa dibilang bahagia.
Kami dikaruniai satu orang anak perempuan lucu. Saat ini usianya sudah 2 tahun.
BACA JUGA: Oh..., Aku adalah Toxic Dalam Hidup Irfan
Perekenomian kami juga berkecukupan. Rumah dan mobil kami beli dengan hasil kerja keras. Bahkan, karier aku juga semakin cemerlang.
Aku baru saja mendapatkan promosi jabatan sebagai kepala cabang di kantor.
Namun, dengan segala yang aku miliki ini rasanya masih ada yang membuatku kurang puas, yakni Deni. Entah kenapa akhir-akhir ini perasaanku dengannya semakin datar.
Aku merasa hidupku kurang tertantang bersamanya. Hingga akhirnya aku bertemu Ferdi.
Bertemu dengannya, karena Ferdi sering mengantarkan katering ke kantorku. Awalnya aku pikir dia adalah pemilik katering. Namun, dia hanya lah seorang kurir.
Setelah aku mengenalnya, merasa ada kecocokan. Bahkan, aku merasa tidak masalah dengan latar belakangnya. Bagiku dia orangnya asyik dan seru.
Mulai dari pertemanan, hubungan kami berubah menjadi terlarang. Aku selingkuh dengannya. Hubungan kami sudah seperti suami istri.
BACA JUGA: Pedih! Pernikahanku yang Hanya Seumur Jagung
Aku sering pulang malam akhir-akhir ini, karena aku jalan dulu dengan Ferdi. Aku bahkan sering tidak pulang, lantaran menginap di kontrakan Ferdi.
Hingga pada akhirnya Deni mengetahui gerak-gerikku. Dia tidak sengaja membaca chat mesra Ferdi.
Malam itu, aku bertengkar hebat dengan Deni. Aku minta cerai dengannya. Namun, Deni bergeming menatapku. Dia hanya memintaku istiqfar.
“Oke, kalau itu mau kamu, silakan berpuas-puas bermain pria, tapi aku tidak mau menceraikan kamu,” ucapnya.
Aku geram mendegar perkataannya. Aku pun memutuskan untuk pergi.
Namun, anehnya, sebelum aku meninggalkan rumah, aku memberesi semua keperluan Deni untuk rapatnya besok pagi.
Saat aku tidak di rumah aku tetap mengawasi asisten rumah tanggaku untuk menyiapkan sarapan, dan memastikan anak dan suamiku tidak kelaparan.
Aku tetap mencari cara untuk meyakinkan Deni agar mau mengucap talak. Karena aku dan Ferdi juga ingin memutuskan untuk menikah.
Setiap aku menuntut cerai, Deni selalu tidak ingin mengabulkan. Anak selalu menjadi alasannya untuk tidak menceraikanku.
Sudah seminggu aku meninggalkan rumah. Sore itu, saat aku sedang bermesraan dengan Ferdi, Deni menghubungiku.
Tiga kali teleponnya selalu aku tolak hingga dia mengirimkan pesan bahwa anak kami masuk rumah sakit.
Badannya demam dan mengigau memanggil namaku. Saat itu juga aku pergi ke rumah sakit, dan melihat anakku tergolek lemas di atas tempat tidur.
Aku menggenggam tangannya dan berjanji tidak akan meninggalkan dia lagi.
Tidak hanya itu, aku juga meminta maaf dengan Deni atas segala perbuatanku. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News