GenPI.co - Kutemui dirinya saat hatiku sedang pilu. Wajahnya yang tampan selalu terngiang di dalam ingatan. Ketika malam tiba, memori itu selalu datang menghampiri, kuingin bertemu dengannya sekali lagi.
Keesokan harinya kulihat dia di seberang jalan, bersiap untuk bekerja dengan setelan merah hitam. Kuharap ia segera menghampiriku dan berdiri di sampingku saat ini juga.
BACA JUGA: Pesona Janda Beranak Dua Telah Butakan Akal Sehatku
Aku bekerja sebagai kasir di sebuah mini market dengannya, keramaian tak kunjung reda. Waktu tersibuk yang kujalani bersamanya sekilas hilang bersama lelah yang kupikul semenjak pagi tadi.
Belum lama ini, kuketahui dari seorang teman kerjaku bahwa ia menanyakan tentang diriku. Rasa penasaran ini kian menghantuiku setiap detiknya. Ingin rasanya kutanyakan bagaimana perasaannya terhadapku.
Hari berikutnya, tak kusangka ia mengajakku untuk pergi keluar. Kebetulan hari itu aku mendapat libur bertepatan dengan hari liburnya. Kami pun beranjak pergi dengan sebuah sepeda motor klasik kesayangannya.
Berjalan-jalan keliling kota kecil tempatku lahir, mengitari sudut-sudut terdalam hingga kusentuh punggungnya dalam gelap malam yang kelam. Sungguh, ku tak tahan dengan hangat tubuhnya, hingga aku tak sadar telah memeluknya dari belakang.
Pembicaraan di atas motor menyiratkan bahwa ia mencintaiku. Aku pun menerimanya sebagai kekasih malam itu. Aku pulang dengan perasaan bahagia dan senang bukan kepayang.
Setiap hpku berbunyi, hatiku ikut bergetar. Sebab, ia berjanji untuk meneleponku jika ia telah sampai di rumah. Beberapa saat kemudian, hpku mulai berdering kencang. Getarannya pun menggetarkan hatiku. Aku pun siap untuk mengangkatnya.
Di ujung telepon kudengar seorang wanita berteriak lantang memarahi seseorang lainnya. Selintas terdengar suara seorang anak kecil menangis meraung-raung. Wanita itu tidak berhenti membentak, mencaci maki, hingga kata-kata itu keluar.
BACA JUGA: Janda Memang Menggoda, Menikah dengan Mereka Bakal Bahagia
"Kamu pilih dia atau aku?!" ujarnya dengan tegas.
Telingaku seakan berhenti untuk mendengar, rasa takut itu kian membayangi diriku. Aku pun mengakhiri panggilan telepon tersebut dan tidak pernah kembali lagi ke tempat kerja.
Biarlah malam itu menjadi kenangan untuk kuingat. Bahwa kehidupan tidak seindah dan semudah itu untukku.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News