Dampak Pandemi Covid-19, Sebagian Anak-Anak Mengalami Traumatis

10 September 2020 04:20

GenPI.co - Bahaya dan cakupan pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan "normal" selama lebih dari 6 bulan hingga sekarang. Bahkan, menyebabkan miliaran orang di seluruh dunia mengalami gejolak emosi yang tidak terduga.

Meskipun banyak yang mungkin tidak menyadarinya, gejolak emosi dapat menyebabkan gejala trauma baik pada anak-anak hingga orang dewasa. Ini juga dapat memiliki efek kesehatan mental dan fisik yang serius jika tidak diobati.

BACA JUGA: Tren Kenaikan Kasus COVID-19 Indonesia Mengkhawatirkan

Dilansir dari laman Healthline ( 09/9) Psikiater Dr. Julian Lagoy mengungkapkan bahwa trauma PTSD didefinisikan sebagai peristiwa traumatis, seperti serangan seksual, perang, kecelakaan mobil, atau pelecehan anak. Namun, perlu diketahui tidak harus mengalami kekerasan untuk merasakan trauma.

"Pandemi COVID-19 saat ini memiliki kualitas yang memenuhi syarat sebagai pengalaman traumatis karena menimbulkan beban fisik dan emosional pada banyak orang." jelasnya.

Menurut Lagoy, salah satu indikator utama trauma PTSD adalah melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya. Dan pandemi saat ini telah menyebabkan ketakutan itu di sebagian besar penduduk.

“Beberapa orang selama pandemi ini merasa lebih waspada atau tidak aman, memiliki peningkatan pikiran dan perasaan negatif, dan memiliki masalah dengan tidur dan konsentrasi, juga gejala trauma PTSD,” kata Lagoy.

Bahkan, penelitian terbaru menunjukkan petugas kesehatan pun juga mengalami tingkat trauma yang tinggi karena COVID-19.

Dan meskipun Ia belum memiliki data tentang trauma yang dialami orang di luar rangkaian layanan kesehatan, laporan anekdot menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa sama-sama mengalami trauma massal.

BACA JUGA: Covid-19 Belum Seberapa, Ada yang Lebih Bahaya dari Corona

Katie Lear, LCMHC merupakan terapis anak berlisensi yang mengkhususkan diri pada trauma dan kecemasan masa kanak-kanak.

"Setiap kali seorang anak merasa sangat tidak aman, di luar kendali, atau berisiko mengalami cedera serius, penyakit, atau kematian, pengalaman itu mungkin menjadi sangat traumatis bagi mereka," kata Lear.

“Menariknya, anak-anak yang menyaksikan pengalaman yang mengancam nyawa atau berbahaya dari orang tua sama-sama terkena dampak yang seolah-olah terjadi pada mereka secara langsung,” katanya.

Pandemi telah membuat semua orang termasuk anak-anak merasa benar-benar di luar kendali.

Hilangnya rutinitas dan kebiasaan seperti tidak kembali ke sekolah untuk beberap waktu dan tidak menghadiri pertemuan keluarga, semua ini tidak hanya membingungkan anak-anak, bahkan bisa sangat berbahaya bagi kejiwaannya.

“Anak-anak yang banyak menonton berita tampaknya menunjukkan lebih banyak gejala, mungkin karena paparan berulang dari materi yang mungkin menyebabkan dirinya traumatis di TV atau online,” jelasnya.

Sedangkan untuk orang dewasa, Lear mengatakan dia menduga lebih banyak yang mengalami pandemi sebagai peristiwa traumatis sebagai akibat dari peningkatan kapasitas mereka untuk memahami kematian dan kemungkinan risiko yang terkait dengan COVID-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co