Masih Banyak yang Tertukar, Ini Perbedaan Psikopat dan Sosiopat

GenPI.co - Beberapa di antara kamu mungkin masih ada yang bingung untuk membedakan antara psikopat dan sosiopat. Lalu, apa sih perbedaan antara psikopat dan sosiopat?

Psikopat dan sosiopat merupakan gangguan kepribadian antisosial dan gangguan mental dengan ciri-ciri yang hampir sama. 

Keduanya tidak bisa memahami cara berbagi perasaan dengan orang lain, dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah.

BACA JUGA: Tasyi Athasyia Beri Resep Antigagal Korean Garlic Cheese Bread

Pemerhati Perilaku Media Sosial, Adang Adha menjelaskan bahwa keduanya bisa dibedakan dari kebutuhannya untuk diakui oleh orang lain. 

Menurut Adang, psikopat tidak memerlukan pembuktian atas kejahatan yang dilakukannya.

“Kalau psikopat itu secara psikis, tidak perlu pembuktian kalau dia melakukan kejahatan,” jelas Adang kepada GenPI.co.

Sementara itu, pengidap sosiopat atau social pathology sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain atas kejahatan yang dibuatnya. 

Pengidap sosiopat sangat ingin dikenal oleh orang sekitarnya, tetapi dengan cara-cara yang tidak wajar.

BACA JUGA: Terungkap! Foto Nicholas Saputra di Sekolah Bikin Netter Melongo

“Kalau sosiopat, dia secara sosial memerlukan pengakuan dari perilaku atau kejahatan yang dia buat,” tambah Adang.

Meski berbeda, psikopat dan sosiopat juga memiliki persamaan. 

Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders yang dirilis oleh American Psychiatric Association (APA), dijelaskan bahwa psikopat dan sosiopat merupakan dua tipe gangguan mental jenis Antisocial Personality Disorders (ASPD). 

Keduanya memiliki karakter yang manipulatif dan minim rasa penyesalan, empati dan tanggung jawab terhadap orang lain. 

Selain itu, keduanya kerap mengabaikan hukum dan norma sosial serta cenderung menampilkan perilaku kekerasan atau agresif.

Psikopat biasanya terjadi karena faktor genetika atau kelainan di otak, terutama pada bagian otak yang berfungsi mengendalikan mpuls dan emosi. 
Sementara itu, sosiopat terjadi karena faktor lingkungan, terutama pola asuh. (*)