GenPI.co - Tak terasa, Hari Raya Idulfitri atau lebaran tinggal menghitung hari. Namun, lebaran tahun ini tak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Lebaran tahun ini terasa sangat berbeda, karena kita merayakannya di tengah pandemi virus corona. Merebaknya virus corona di berbagai wilayah di Indonesia juga membuatku tak bisa pulang ke kota asalku, Solo.
Pemerintah melarang masyarakat untuk mudik lebaran, demi mencegah penyebaran virus corona. Padahal, libur lebaran adalah satu-satunya kesempatanku untuk kembali ke rumah.
Semenjak lulus kuliah tahun lalu, aku memutuskan untuk mencari kerja di Jakarta. Saat ini, sudah hampir 1 tahun aku bekerja di sini, di Ibu Kota.
Sudah hampir setahun ini juga aku tak bertemu dengan Ayah, Ibu, dan juga pacarku yang ada di Solo. Namun, meski dalam keadaan seperti ini, aku masih sering menghubungi mereka melalui panggilan suara dan video.
Pacarku bernama Rendy, ia bekerja di salah satu perusahaan swasta yang ada di Solo. Kami sudah menjalin hubungan selama 4 tahun ini.
Meski Menjalani hubungan jarak jauh, atau Long Distance Relationship (LDR), ia sangat pandai membuatku merasa tak sendiri. Hampir setiap malam kami selalu melakukan videocall, ia selalu menanyakan kabarku, menanyakan hariku menyenangkan atau tidak, dan merayuku.
Semenjak adanya kebijakan pemerintah untuk bekerja di rumah atau Work From Home (WFH), kami makin sering video call. Anehnya, ia tak pernah membuatku merasa bosan.
Namun, belakangan ini Rendy mulai jarang memberi kabar padaku. Katanya, ia mendapat tugas dari kantor yang cukup berat, yang membuatnya jarang memegang ponselnya.
Aku tak sedikit pun menaruh curiga saat ia berkata seperti itu. Karena dari awal menjalin hubungan ini, kami sudah sepakat untuk saling percaya satu sama lain.
Tak seperti bulan puasa di tahun-tahun sebelumnya, ia selalu membangunkanku untuk makan sahur. Namun kini, hal itu tak pernah dilakukannya lagi.
Aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri. Tapi aku tetap berpikir positif, mungkin ia lelah dengan pekerjaan, dan membuatnya tak sempat bangun sahur.
Sekarang aku yang lebih sering membangunkannya saat sahur. Namun, tetap saja, panggilanku mulai jarang diangkat dan diabaikan.
Bahkan, beberapa hari lalu, saat aku membangunkannya untuk makan sahur, ia memarahiku. Katanya, aku mengganggu waktu istirahatnya.
Saat itu aku hanya bisa diam dan meminta maaf. Aku seperti tak mengenal sosok Rendy yang sekarang, sebelumnya ia tak pernah sekali pun memarahiku.
Hal-hal aneh dan perasaan khawatir yang aku alami, membuatku mencari tahu apa yang sedang terjadi pada Rendy. Aku mulai bertanya kepada teman-temanku yang ada di Solo.
Salah satunya adalah Bima, Ia adalah temanku satu SMA dulu bersama Rendy. Kebetulan, ia juga bekerja di kantor yang sama dengan Rendy.
Saat pertama kali aku bertanya kepada Bima melalui panggilan suara, Bima enggan menjawab semua pertanyaanku. Katanya, itu bukan urusannya, ia juga takut terlalu ikut campur dalam hubunganku dengan Rendy.
BACA JUGA: Rani, Sosok yang Hidup dalam Benakku
Setelah membujuknya, dan berjanji tak akan melibatkannya, Bima akhirnya mau bercerita. Saat itu aku mulai sedikit ketakutan, karena suara Bima mulai berubah, dan sedikit canggung.
Pikiranku sudah kemana-mana, aku sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi. Sialnya, semua pikiran buruk yang aku pikirkan sebelum Bima bercerita, benar adanya.
Bima menceritakan bahwa Rendy belakangan ini terlihat sering berdua dengan teman kantornya bernama Sarah. Bahkan, setiap berangkat dan pulang kerja, mereka selalu bersama.
Bima juga bercerita, bahwa ia pernah sekali melihat Rendy dan Sarah pergi berdua saat malam Minggu. Mereka terlihat seperti orang yang sedang berpacaran, mereka bergandengan tangan di sepanjang jalan.
BACA JUGA: Hatiku Terpikat pada Pesona Gadis Jalanan itu
Penjelasan dari Bima membuatku seperti mati kata. Aku sudah tak bisa bicara apa-apa lagi, yang aku tahu, air mataku sudah membasahi pipiku.
Tak mau gegabah, aku lantas menanyakan soal Sarah kepada Rendy. Namun ternyata kesedihan masih berpihak kepadaku.
Rendy mengakui perasaannya kepada Sarah. Ia mengatakan padaku, bahwa ia mencintai wanita lain, yaitu Sarah.
Tangisku menjadi, semua yang diceritakan Bima ternyata benar adanya. Rendy sedikit pun tak merasa bersalah.
Ia tak berusaha menjelaskan kenapa ia bisa sejahat itu kepadaku. Ia lebih memilih Sarah dan memutuskanku.
Tak ada kata maaf yang terucap dari bibirnya, ia langsung menutup teleponnya.
Benar saja, tahun ini memang benar-benar berbeda. Karena virus corona aku terjebak di Jakarta, dan karena virus corona juga, pacarku mengkhianati cintaku.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News