Bumi Manusia: Romantisme di Tengah Tumbuhnya Politik Etis

19 Februari 2020 19:13

GenPI.co - Penyuka novel pasti menjadikan  Bumi Manusia sebagai salah satu koleksinya. Karya disebut-sebut sebagai salah satu warisan sejarah terbaik Bangsa Indonesia.

Kisah karangan Pramoedya Ananta Toer ini merupakan buku pertama dalam sebuah tetralogy. Judul lainnya adalah  Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Pramoedya menulisnya ketika di tahan di Pulau Buru, sebagai tahanan politik Orde baru.

Bumi Manusia yang mengisahkan periode kehidupan di Indonesia dari tahun 1898-1918, kala di mana mulai tumbuhnya benih-benih pemikiran Politik Etis dan masa Kebangkitan Nasional.

BACA JUGA: Wahai Pasutri Hidup Tak Selamanya Indah, Baca Deh Critical Eleven

Kisah kompleks ini berawal ketika Minke mendapati dirinya ditantang oleh seorang teman bernama Robert Suurhof untuk pergi ke Wonokromo. Di sana ada seorang wanita cantik bernama Annalies Melemma.

Suurhof akhirnya menjadi musuh Minke. Keduanya mencintai perempuan yang sama. Siapa lagi kaalu bukan  Annalies Melemma.  Celakanya Annalies juga mencintai Minke daripada Suurhof.

Annalies tinggal disebuah rumah besar yang indah bersama Nyai Ontosoroh dan kakanya Robert Mellema.

Selain Minke dan Annalies, Nyai Ontosoroh juga mendapat penekanan dalam kisah Bumi Manusia, bahkan dalam beberapa pertunjukan teater, justru Nyai Ontosoroh lah yang menjadi pemeran utamanya. Diceritakan dirinya dijual oleh ayahnya sendiri kepada orang Belanda, agar ayahnya naik jabatan.

Secara menyedihkan, Nyai Ontosoroh tanpa pernikahan harus rela mendapati dirinya hidup bersama Tuan Mellema, yang bahkan tidak pernah Ia kenal sebelumnya.

BACA JUGA: End of Days, Buku yang Tahun 2008 Ramalkan Corona

Karena dendam Nyai Ontosoroh pada orang tuanya, Nyai bertekad untuk mengangkat harkat martabatnya sendiri dengan pengetahuan. Nyai belajar banyak dari Tuan Mellema—hidup seperti bangsa Eropa, membaca buku Eropa, belajar baca tulis, dan belajar mengelola perusahaan.

Tuan Mellema awalnya baik dan sangat mencintai Nyai Ontosoroh, meski tidak pernah menikahinya secara resmi secara hukum dan agama. Namun bencana datang ketika anak sah Tuan Mellema datang dari Belanda untuk bekerja di Indonesia dan menuntut Tuan Mellema. Semuanya menjadi kacau, Tuan Mellema pergi meninggalkan Nyai Ontosoroh.

Meski begitu, Nyai Ontosoroh sudah banyak belajar, bersama Annalies kedua perempuan itu membangun sebuah perusahaan yang sangat besar. Bisa dikatakan meski hanya seorang Nyai, Ontosoroh membuat  dirinya dihormati karena kekayaannya yang melimpah dari hasil jerih payahnya sendiri.

Minke yang datang ke kehidupan Nyai Ontosoroh dan Annalies disambut baik oleh mereka berdua. Banyak yang membenci hal itu, termasuk orang tua Minke, karena Ontosoroh adalah seorang Nyai.

Begitu pun Robert Mellema dan tentunya Suurhof. Keduanya secara terang-terangan menyerang Minke dan mengatakannya sebagai orang yang ingin mendapati kekayaan Nyai Ontosoroh.

BACA JUGA: Membahasakan Cinta dengan Cara yang Unik

Minke dan Annalies akhirnya menikah dan mengecap kebahagiaan sebentar saja. Sebab setelah itu Minke jatuh sejatuh-jatuhnya oleh hukum orang Eropa, sebuah negara yang ia sanjung-sanjung.

Setelah kematian Tuan Mellema yang misterius, anak Sah Tuan Mellema dari Belanda yang sedari awal telah menghancurkan rumah tangga Tuan Mellema dengan Nyai Ontosoroh menuntut harta Tuan Mellema yang dikelola Nyai Ontosoroh.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co