Aku dan Kemala, dari Benci jadi Cinta

02 Januari 2020 11:44

GenPI.co - Cinta memang bisa hadir kapan saja, pada siapa saja tanpa peringatan. Begitulah keajaibannya. Seperti diriku  yang sudah lama kenal dengan seseorang tapi baru merasakan jatuh cinta setelah bertemu kembali.

Dia, sebut saja Kemala, adalah teman masa kecilku sejak duduk di sekolah dasar. Namun kami tidak pernah akur, selalu saja bertengkar.

Sebagaimana anak yang belum masuk remaja, aku melihat Kemala sama saja seperti yang lain. Tidak ada yang spesial. Lain dengan teman-temanku yang sangat mengidolakannya.

Kuakui Kemala memang anak yang manis, Tapi, duh! Aku selalu kesal lihat wajahnya, entah kenapa.

Ketidaksukaanku gadis itu  bertahan hingga lulus sekolah. Kami lalu masing-masing melanjutkan ke pendidikan di tempat berbeda.

4 tahun kemudian, saat aku sudah duduk di bangku kelas 1 SMA, teman-teman di masa SD  mengadakan acara reuni. Aku dan Kemala kembali bertemu. Ada rasa canggung mendera, kangen yang tak terungkap seperti menemukan muaranya saat wajah itu kulihat kembali.

Ah, Kemala…wajah yang dulu paling mengesalkan telah berubah menjadi sesuatu yang paling ingin terus kulihat. Senyumnya, cara bicaranya, bahkan mimik cemberutnya. Semuanya indah di mataku.

Rupanya Kemala juga merasakan hal yang sama. Dalam acara reuni itu, ia memberikan perhatian yang berbeda . Tentu saja aku senang, rasa yang tengah tumbuh ini agaknya tak bertepuk sebelah tangan.

Namun lantaran terlalu sibuk meladeni teman-teman lainnya, aku kesampingkan rasa itu. Kemala juga tampak sibuk bicara dengan teman-teman perempuannya, walau sesekali pandangan kami bertemu, dan tersenyum canggung sesudahnya.

Acara reuni singkat itu begitu berkesan, dan bahkan terus terbayang saat aku telah kembali ke rutinintas sehari-hari. Wajah Kemala selalu menghiasi benak. Ke mana pun aku memandang,selalu tampak wajahnya. 

BACA JUGA: Gebetanku Diambil Sahabatku...

Rupanya syair sebuah lagu lawas benar adanya. ‘langit-langit kamar, jadi penih gambar, wajahmu yang bening sejuk segar.’ Itu yang kurasakan kini.

Sebenarnya aku menyimpan nomor ponsel Kemala. Aku bisa mengontaknya kapan saja. Tapi, aku terlalu gentar untuk melakukannya.

Ada rasa malu bercampur rindu yang memenuhi ruang hati. Ingin kuenyahkan dengan memencet  ikon telepon di layar ponsel. Namun, jari ini kelu rasanya.

Namun namanya juga rindu, semakin ditahanm semakin membesar, persis seperti bola salju yang digulungkan dari tebing. Makin lama makin besar.

Hingga suatu malam yang sendu, dengan nyali seujung kuku, kuberanikan diri untuk merangkai sebaris pesan singkat untu Kemala. Basa-basi sebentar bertanya kabar lalu aku menawarkan kepadanya  sebuah novel.

Dengan mata setengah memejam ku ketuk tombol ‘kirim’, diiringi detak jantung yang berpacu tak karuan.

Ternyata Kemala merespons pesan singkatku.  Dalam pesan itu, ia mengatakan tidak tertarik membaca novel. Aku menelan ludah, tapi tetap meneguhkan hati. Sebab bagiku, bukan isipesan  soal novel itu yang penting,  tapi pesan itu sendiri secara keseluruhan.

Kubalas lagi pesannya, ia kembali menanggapi. Begitu terus sehingga kami menjadi intens berkomunikasi via pesan singkat. 

Hubungan terus meningkat. Dari sekadar ngobrol via layar HP, kami pun mulaiu bertemu. Bukan sekali saja, tapi berkali-kali. Tak jarang aku menjemputnya dari sekolah. Menghabiskan waktu bersama di perjalanan pulang ke rumah dengan beberapara topik dalam sebuah obrolan hangat.

Melihat bagaimana respons kemala terhadapku, aku menganggap bahwa ia tahu aku menyukainya, Kemungkinan besar juga sebaliknya, ia juga menyukaiku.

Dua minggu sejak pertama kali menghubunginya, aku pun nekat mengutarakan rasa sukaku padanya. Namun karena ku terlalu takut untuk mengungkapkan langsung, maka momen ‘menembak’ itu aku ungkapkan via pesan singkat.

Kemala menanggapinya dengan  beragam macam pertanyaan, yang kujawab dengan perasaan yang tidak karuan. Namun pada akhirnya, gadis pujaanu itu menjawab “Ya”. Hatiku senang luar biasa. Kemala yang dulunya paling kuebenci kini menjadi ratu di hati. Siapa sangka?

Kami berpacaran sebagaimana remaja pada umumnya. Saling bertukar perasaan via pesan singkat, sesekali jalan bareng. Satu dua masalah muncul, namun kami bisa bertahan lantaran terus saling menguatkan.

Itu adalah masa paling indah dalam kehidupanku. Benar kata orang, cinta pertama itu begitu berkesan.

Kami berpacaran hingga 5 tahun, durasi yang cukup lama bagi remaja dengan segala sifat labil dan lika-liku hidup. Namun hubungan itu harus kandas lantaran sebuah konflik.

BACA JUGA: Lama Menjomlo, 3 Zodiak ini Diprediksi Punya Pacar di 2020

Kami pun berpisah, berjalan sendiri-sendiri  dengan rasa kecewa di hati-masing-masing. Entah dengannya, tapi aku berusaha melanjutkan hidup, membangun relasi istimewa dengan perempuan lain.

Namun rasanya tak pernah sama. Kemala telah mengalihkan duniaku, bahkan setelah kami memutuskan untuk berpisah

Takdir kembali mempertemukan kembali diu suatu momen kebetulan, setelah 6 tahun lamanya tidak saling berkomunikasi.

Rasa cinta kembali bersemi, bercampur denga rindu yang seolah menemukan celahnya.  Aku dan Kemala mencoba memperbaiki hubungan, mencoba bersatu kembali  setrlah banyak mendewasakan kami.

Hingga saat ini, aku dan Kemala sudah berpacaran selama 9 tahun. Kami tengah berencana untuk melangkah lebih jauh, naik kelas ke dalam fase yang lebih serius yakni berkeluarga.

Ketetapan hati kamu sudah satu. Ingin bersama selamanya hingga  kematian memisahkan, namun mengabadi bersama cinta. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co