Dialektia Sejarah Melayu dalam Frame Monolog

03 November 2018 12:07

Budaya Melayu diklaim tidak mengenal monolog. Di dalam masanya, modernisasi akhirnya memunculkan metamorfosa. Bagian satra lama melayu ini pun tampil lebih kekinian menjadi monolog. Pilar budaya ‘baru’ ini semakin menguatkan diversitas Kenduri Seni Melayu (KSM), 2-4 November 2018.

Intonasi suara, ekspresi, dan gestur pun menjadi paket terbaik Monolog Laksaman Bentan. Episode yang ditampilkannya Megat Sri Rama. Panggung besarnya adalah KSM 2018 di Lapangan Engku Putri, Batam Center, Kepulauan Riau (Kepri). Banyak tarian dan dendang lagu Melayu yang disajikan KSM 2018, Jumat (2/11) malam.

“Saya tampilkan monolog sebagai warna baru sastra dan budaya Melayu. Sebab, Melayu tidak mengenal monolog. Hanya saja, pekerjaan monolog ini memang ada. Monolog versi lama Melayu ini ditampilkan melalui mendongeng,” ungkap Sastra Melayu asal Batam, Samson Rambah Paasir.

Mengacu monolog versi Laksmana Bentan, Megant Sri Rama, ada dua bagian penting yang ditampilkan. Monolog akan diawali sebuah pengantar cerita. Pengantar ini langsung meruuk pada tokoh yang akan ditampilkan. Berikutnya, monolog masuk dalam inti cerita. Ceritanya mengandung unsure inti konflik, penyelesaian konflik, dan ending. Untuk ending bisa sedih ataupun gembira.

“Monolog ini sangat mempengaruhi mood. Malam ini mood saya dapat. Monolog khas melayu ini tetap menampilkan senandung syair. Ada juga gerakan silat hingga ilustrasi darah. Ini semua untuk menguatkan alur cerita yang dibangun,” jelasnya lagi.

Ditampilkan dengan durasi 15 menit, Laksmana Bentan, Megat Sri Rama tampil memikat. Cerita yang diangkat tentang perjuangan satria dari Bentan yang merantau ke kota Tinggi di Johor. Bentan ini jadi sebutan untuk wilayah Bintan. Karena kehebatannya, dia berhasil menumpas perompak dan diangkat jadi laksmana lalu menikahi Wan Anom. Tinggal di Mersing, Wan Anom figur yang diselamatkannya.

Konflik muncul dan diawali dari buah nangka persembahan bagi sultan. Hamil muda dan ngidam, Wan Anom minta sebuah nangka untuk sultan lalu memakannya. Sultan pun murka. Ditambah hasutan dari Tun Bija Ali, Wan Anom lalu dibunuhnya. Laksmana Bentan pun marah, lalu menghabisi sultan. 

Samson menerangkan, cerita ini rill dan ada dalam kehidupan masyarakat di wilayah Kepulauan Riau. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co