Cara Meningkatkan Keterampilan Kepemimpinan dengan Kecerdasan Emosional

11 November 2024 13:40

GenPI.co - Kepemimpinan yang cerdas secara emosional adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan diajarkan sepanjang hidup.

Kesalahan menjadi guru, dan kamu tumbuh dalam kemampuan untuk mengelola orang lain dan diri sendiri.

Dilansir Help Guide, berikut ini adalah saran-saran berdasarkan beberapa karakteristik dan kompetensi yang menjadikan seseorang berkembang secara emosional dan menjadi pemimpin yang baik. 

1. Hubungkan pikiran dan perasaan

BACA JUGA:  Memahami Love Bombing, Hubungan Bisa Berujung Menjadi Toxic

Berusahalah untuk menyampaikan pikiran dengan perasaan, dan juga perasaan dengan pikiran.

Sayangnya, bahasa nonverbal tubuh dapat, dan sering kali, diredam oleh pikiran. Maka kamu tidak dapat mendengar diri sendiri pada tingkat naluriah.

BACA JUGA:  4 Cara Mempertahankan Hubungan yang Penuh Cinta

Orang yang berupaya menjaga hubungan antara apa yang mereka pikirkan, katakan, dan lakukan di satu sisi, dan apa yang dirasakan di sisi lain, membawa kebijaksanaan naluri inti ke dalam keputusan dan tindakan.

2. Berlatih komunikasi nonverbal

Komunikasi yang baik, terutama yang dilakukan dengan orang sakit atau yang ketakutan, hampir seluruhnya bersifat nonverbal.

BACA JUGA:  Rahasia Hubungan Asmara Langgeng, Berikut 3 Cara Kritik Pasangan dengan Halus

Perhatikan bagaimana dokter atau perawat yang benar-benar baik akan melakukan kontak mata, tersenyum, menghibur pasien, mendengarkan kekhawatirannya, dan menyentuhnya secara fisik dengan cara yang lembut.

Lalu lihat kebalikannya, profesional perawatan kesehatan yang dingin, kaku, atau tidak menyadari apa yang dirasakan pasien atau anggota staf yang sedang ditanganinya.

Pemimpin dengan kecerdasan emosional dapat menyampaikan dan menerima informasi yang jauh melampaui kata-kata hingga ke ranah penyembuhan melalui komunikasi nonverbal.

3. Kembangkan kapasitas empati

Empati adalah kemampuan untuk merasa yakin dalam kesadaran akan pikiran, perasaan, dan nilai-nilai, sehingga kamu dapat memahami sudut pandang yang berlawanan tanpa mengabaikan kebutuhan diri sendiri.

Jika tidak memiliki empati, kamu akan terpuruk dalam berbagai jenis negosiasi, terutama yang melibatkan konflik.

Itu adalah masalah koneksi versus isolasi. Koneksi dengan orang lain melalui keterbukaan sejati terhadap perspektif mereka memberi kamu wawasan dan pemahaman yang tidak mungkin diperoleh tanpa empati.

Selain itu, ketika berhasil berempati dengan cara pandang dan perasaan orang lain, kamu juga akan lebih mampu memahami apa yang mereka butuhkan dan memenuhi kebutuhan tersebut. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co