GenPI.co - Waktu makan bersama anak terkadang dapat berubah menjadi ajang pertarungan, terutama ketika harus mengajak si kecil makan sayur atau menghabiskan makanannya.
Namun, memaksa anak untuk makan mungkin bukanlah solusi ajaib yang kita bayangkan.
Dilansir Times of India, pendekatan yang lebih lembut pada waktu makan bisa menjadi kunci untuk membina hubungan yang sehat dengan makanan.
Sama seperti orang dewasa, anak-anak mempunyai selera makan yang berbeda-beda. Pada hari-hari tertentu mereka mungkin merasa lapar, namun pada hari-hari lainnya, tidak terlalu lapar.
Memaksa mereka makan saat tidak lapar dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan asosiasi negatif dengan makanan.
Sebaliknya, menghormati isyarat lapar memungkinkan mereka mengembangkan pemahaman yang sehat tentang kapan dan berapa banyak yang harus dimakan.
Menurut Shivani Ahuja, ahli gizi, pendiri Diet Guardians, waktu makan harus menjadi pengalaman yang menyenangkan dan positif.
Memaksa anak untuk makan dapat mengubahnya menjadi peristiwa yang membuat stres, membuat mereka mengasosiasikan makanan dengan tekanan dan ketidaknyamanan.
Menciptakan suasana santai dan menyenangkan saat makan akan mendorong mereka untuk melihat makan sebagai aktivitas yang menyenangkan dan bukan sebuah tugas.
Mendorong anak-anak untuk mendengarkan tubuh mereka dan makan sampai mereka kenyang akan meningkatkan hubungan yang lebih sehat dengan makanan.
Ketika mereka belajar mengenali rasa lapar dan kenyang, mereka akan lebih cenderung membuat pilihan yang bijaksana seiring bertambahnya usia.
Ini menetapkan dasar bagi pendekatan makan yang seimbang dan intuitif. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News