GenPI.co - Hubungan yang berkomitmen dan intim memiliki banyak manfaat, termasuk rasa keterhubungan, kepemilikan, dan keamanan.
Namun, hal itu juga dapat mengancam rasa individualitas, kemandirian, dan otonomi seseorang.
Bagaimana cara mencegahnya? Langkah pertama adalah mengenali kapan hal itu terjadi, sehingga perlu adanya langkah yang baik.
Diterbitkan dalam Psychological Assessment edisi Juli 2023, sebuah makalah oleh Brock dan rekannya membahas ukuran baru individualitas dalam hubungan romantis yang disebut kuesioner Individuality in Couples.
Individualitas tidak kehilangan maknanya hanya karena seseorang mempunyai pasangan.
Meskipun berada dalam hubungan romantis, setiap orang perlu merasa dikenal dan diterima apa adanya (yaitu diri-sejatinya).
Bagaimana? Dengan menghormati batasan antarpribadi, ide, pendapat, dan perasaan satu sama lain.
Kebalikannya sering disebut "keterikatan", yang berarti memiliki batasan yang tidak jelas dan terlalu peduli, serta terlibat dengan pasangan.
Mereka yang berada dalam hubungan itu tidak lagi melihat pasangannya apa adanya, namun melihat siapa yang mereka butuhkan.
Oleh karena itu, pasangan yang terjerat berusaha, namun sering kali tidak berhasil, untuk mengendalikan perilaku, pikiran, dan perasaan satu sama lain.
Sebaliknya, hubungan yang sehat memungkinkan pasangan merasa cukup aman untuk menjadi diri-sejati mereka.
Misalnya, cukup aman untuk menunjukkan kerentanan tanpa takut dikritik sebagai orang yang lemah atau tidak kompeten. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News