GenPI.co - Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharudin Jusuf Habibie adalah sosok yang inspirasional dari salah satu tokoh terhebat di Indonesia. Ia memiliki kisah hidup yang pantas ditiru. Salah satunya adalah selama bertahun-tahun sebagai siswa yang berjuang menuntut ilmu tinggi di Jerman, namun tetap berdedikasi pada Indonesia.
B.J. Habibie muda adalah salah satu dari anak Indonesia yang memiliki moral tinggi dalam hal mengejar pendidikan. Keputusan untuk melanjutkan studinya di Jerman dapat dianggap sebagai salah satu keputusan hidupnya yang paling menantang.
Baca juga :
BJ Habibie Meninggal Dunia, Artis Indonesia: Selamat Jalan, Eyang
Suara Tjahjo Kumolo Bergetar Ungkap Duka Cita untuk BJ Habibie
BJ Habibie: Sejak Ainun Berpulang, Saya Tak Lagi Takut Mati
Saat menempuh pendidikan sekolah dasar hingga mengambil studi elektro di ITB. Dia belajar dengan biaya sendiri meskipun orangtuanya mampu. Kecerdasan yang diiringi prestasi dan keinginannya yang kuat untuk menggapai cita-citanya yakni ingin membuat pesawat terbang, Habibie bertekad untuk menempuh pendidikan di Jerman agar menjadi seseorang yang berguna bagi bangsanya.
Keinginannya untuk pindah ke Jerman untuk mengembangkan mimpinya dimulai dari cita-cita luhur itu.
Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman. Kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha katering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie).
Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
Semasa menyelesaikan studi S3 di Jerman, Habibie mengkau semua biaya pendidikan sepenuhnya dibiayai oleh sang ibu meski ada keinginan mendapatkan beasiswa. Barulah setelah tamat S2, ia memutuskan bekerja sebagai asisten profesor hingga memperoleh kesempatan beasiswa S3.
"Waktu ayah saya umur 42 tahun, meninggal di atas sajadah. Adik saya sedang di dalam kandungan. Ibu saya bersumpah akan jadikan anak-anaknya berguna, itu ibu seorang entrepreneur. Maka ibu nggak mau anaknya dapat beasiswa. Dia yakin mampu," tutur Habibie beberapa waktu silam, seperti dikutip dari berbagai sumber.
Kini, BJ Habibie telah meninggalkan bangsa Indonesia. Perjuangannya yang tiada hentu untuk mengharumkan negeri patut diingat seumur hidup kita.
Tonton Video viral berikut:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News