Ngamen Demi Kuliah, Sempat Terciduk Satpol PP, Lulus Cum Laude

11 September 2019 08:59

GenPI.co – Masa lalu yang kelam menjadikan cambuk bagi seorang gadis mantan pengamen bernama Noviana. Hidup di bawah garis kemiskinan tak membuatnya patah semangat untuk mengenyam pendidikan tinggi. Buktinya kini ia berhasil lulus sarjana strata 1 dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya sebagai wisudawan terbaik. Tak tangung-tanggung IPK 3,94 berhasil ia raih dalam kurun waktu tak kurang dari 4 tahun. 

Resmi diwisuda pada Jumat, 6 September 2019, anak ke empat dari dari delapan bersaudara ini membagi kisahnya. Tumbuh dari keluarga kurang mampu, Noviana harus berjibaku dengan asap jalanan Surabaya semenjak usia 5 tahun. Ia bersama sang kakak harus rela mengamen demi melanjutkan hidup. Hal ini terpaksa dilakukan karena kedua orang tua mengidap penyakit keras kala itu. 

Baca juga :

5 Destinasi Wisata di Sydney jadi Inspirasi Nama Anak Cut Tari

4 Ide Bikin Toilet Kamu Kece, Bisa Bikin Betah Sampai Nginap

12 Ide Melipat Pakaian Sangat Direkomendasikan untuk Traveler

“Saat itu orang tua melarang, tapi akhirnya bapak memperbolehkan kami mengamen dengan catatan sekolah tetap yang utama. Jangan dijadikan sumber penghasilan hingga dewasa,” ucap putri pasangan Sutrisno dan Karyatiningsih.

Yang memprihatinkan, lanjut Noviana, segera setelah sang bapak sembuh dari penyakit, akhirnya kepala keluarga itu harus mengayuh becak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Tapi tidak lama berselang, becak bapak dicuri,” lanjutnya. 

Tak mudah bagi Noviana dan saudara kandungnya untuk menjalani kehidupan sebagai pengamen jalanan. Saat di jalanan, ia tak jarang berhadapan dengan aparat keamanan Satpol PP, bahkan ditahan di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Surabaya dalam kondisi kurang layak. 

Noviana mengingat Jalan Ngagel di Kota Surabaya menjadi tempat sandarannya mencari nafkah. Bahkan, bagi Noviana dan keluarganya, jalanan adalah tempat untuk belajar banyak hal. "Jalanan kan keras, syukur bapak dan ibu protektif. Walaupun saya hidup di jalanan, saya tidak terpengaruh gaya hidup jalanan seperti merokok, minum-minuman keras," ungkapnya.

Memasuki masa SMA, Noviana mulai menekuni olahraga Panahan, bahkan sempat mengikuti Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) sebagai bagian dari kontingen Surabaya. Dari situ ia mulai menerima bonus yang akhirnya ia gunakan untuk membayar sekolah dan buka usaha kecil-kecilan. 

Mimpi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi pun ia capai. Noviana diterima di Fakultas Hukum Unair melalui jalur undangan. “Sejak awal kuliah enggak minta uang ke orang tua. Saat mendaftar kuliah pun saya membayar biaya pendaftaran pakai duit sendiri dari sisa Porprov," paparnya.

Selama kuliah, Noviana berusaha untuk tidak merepotkan keluarganya. Guna memenuhi kebutuhan perkuliahan, dia harus berdagang barang, menjadi pelatih olahraga panahan di salah satu klub memanah Surabaya, sampai menjajal magang di Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum (UKBH) FH Unair demi menambah pengalaman.

"Waktu kuliah serabutan hingga dua tahun, terus magang mendapat uang saku dari LBH. Ya cukup buat beli buku dan bayar kuliah, kan LBH-nya milik kampus sendiri," tambahnya.

Saat ini dirinya tengah melanjutkan karirnya di sebuah kantor advokat. Namun ia berkeinginan melanjutkan studi di magister hokum, sembari menunggu pembukaan CPNS di Kemenkumham Jawa Timur. 

“Tips bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan adalah restu orang tua, konsisten, berkomitmen, serta manajemen waktu. Nikmati setiap proses yang dilalui agar tidak merasa berat dan jangan lupa selalu berbagi," pungkas Noviana.

Jangan sampai ketinggalan! Kamu sudah lihat video ini ?

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co