GenPI.co— 1 September 2019 bertepatan dengan 1 Muharam, yaitu Tahun Baru Umat Islam yang memasuki tahun ke-1441 Hijriah.
Ada empat bulan yang tergolong spesial bagi umat Islam, karena di empat bulan tersebut adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Baca juga:
Pawai 1 Muharam , Warga Kutai Kartanegara Bawa Miniatur Monas Lho
Sakralnya Prosesi Bedhol Pusaka di Ponorogo
Empat bulan tersebut adalah bulan Ramadhan, Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharam, dan Rajab.
Hal tersebut berdasarkan Hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh HR. Buchori, yaitu; “Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad dari Ibnu Abu Bakrah dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharam, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil tsani dan Sya'ban.'(HR. Bukhari)
Dari 12 bulan ada empat bulan yang dimuliakan Allah SWT, dan dari empat bulan tersebut Allah SWT melarang agar umatnya melukai diri sendiri dan melakukan hal maksiat seperti yang tertera pada ayat Alquran di Surat Attaubah ayat 36 yang diterjemahkan;
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu…” (At-Taubah: 36)
Melalui Nabi Muhammad SAW, Allah memerintahkan agar umatnya melakukan amalan-amalan yang baik untuk dirinya sendiri hingga untuk orang lain.
Ada tiga macam amalan sunnah yang hendaknya dilakukan oleh umat Islam di dalam bulan Muharam, yaitu;
Amalan Puasa Tasu’a
Puasa sunnah Ta’sua dilaksanakan sehari sebelum puasa Asyura. Tepatnya yaitu pada tanggal 9 Muharram.
Menurut Imam Nawawi RA, puasa Tasu’a dilaksanakan untuk menyelisihi kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharam. Selain itu, juga untuk menyambung puasa hari ‘Asyura dengan puasa di hari lainnya. Rasulullah SAW saat itu ingin berpuasa pada hari kesembilan (tasu’ah).
Ibnu Abbas RA berkata bahwa ketika Rasulullah SAW melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata:
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.”
Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –Insyallah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim)
Amalan Puasa Asyura
Melaksanakan puasa Asyura yang dapat menggugurkan dosa selama setahun terakhir yang dilakukan pada 10 Muharam.
Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata, “Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, “Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim).
Bersedekah pada Anak Yatim Piatu
Bersedekah kepada anak yatim piatu pada tanggal 10 Muharam. Apabila seseorang menyantuni anak yatim di bulan Muharram pada tanggal tersebut, niscaya Allah akan menaikkan derajat orang tersebut.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyura (tanggal 10 Muharam), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat. Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga. Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.”(HR. Bukhari).
Simak video pilihan redaksi berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News