GenPI.co— Koalisi Pejalan Kaki (KoPK) mengemukakan minat warga Jakarta berjalan kaki cukup tinggi, sayangnya tidak didukung dengan trotoar yang nyaman untuk melakukan aktivitas tersebut.
Pendiri Koalisi Pejalan Kaki (KoPK) Ahmad Safrudin mengemukakan saat ini kondisi trotoar yang layak di Jakarta masih terbatas, seperti trotoar yang ada di Sudirman, Thamrin, Kebayoran Baru, Monas, Menteng, Palmerah, dan Jatinegara.
Baca juga:
Ini Tempat Asyik di Jakarta Buat yang Mau Gowes Sepeda
Jateng Diminta Jadi Tuan Rumah Balap Sepeda Internasional
Penegakan hukum atas penggunaan trotoar untuk kepentingan lainnya dinilainya juga masih lemah. Akibatnya trotoar yang terbatas lebarnya, juga digunakan antara lain sebagai lahan parkir, dan menjadi lapak buat pedagang kaki lima.
Pihaknya mendorong pemerintah daerah untuk terus membenahi keberadaan trotoar di wilayahnya, sehingga membuat masyarakat suka berjalan kaki. Begitu juga jalur untuk bersepeda.
“Jalan kaki dan sepeda itu adalah transportasi tidak menggunakan mesin atau non motorized transportation,” kata Safrudin.
Adapun jalan kaki dan bersepeda melengkapi jenis transportasi perkotaan yang terdiri dari tiga kelompok. Pertama, angkutan umum massal seperti bus, TransJakarta, MRT, LRT. Kedua, angkutan umum tidak massal antara lain taksi dan ojek. Ketiga, kendaraan pribadi
Gemar berjalan kaki ini juga akan mendukung kampanye pemerintah untuk mengajak masyarakat menggunanzkan moda transportasi massal.
“Trasportasi massal itu [selalu dilengkapi dengan kegiatan] berjalan kaki. Yaitu saat pegi ke stasiun, berjalan kaki dari stasiun ke kantor,” kata Safrudin.
Koalisi Pejalan Kaki sendiri ambil bagian untuk mengajak masyarakat menggunakan kendaraan tidak motor, yaitu berjalan kaki untuk menempuh jarak pendek yaitu 10 meter hingga 3 km.
KoPK mengajak warga bersepeda untuk jarak tempuh 7 km-10 km, dan menggunakan angkutan massal dengan jarak tempuh 15 km-20 km.
Ia mengharapkan Jakarta lebih mengedepakan orang yang dinilainya menempati hierarki paling tinggi di jalan raya, untuk membangun kota yang humanis dan beradab.
Dengan berjalan kaki akan muncul suasana yang humanis, memberikan senyuman, dan saling menyapa antara pejalan kaki yang sering berpapasan di jalan. Bukan seperti naik kendaraan pribadi yang tertutup kaca mobilnya, atau pegendara motor yang menggunakan helm.
“Kendaraan macet di jalan, bunyi klason, ini tidak beradab. Tapi kalau berjalan kaki, tidak ada polusi, tidak ada bising klakson,” kata Safrudin.
Untuk itu perlu dibangun trotoar yang bisa membuat orang suka berjalan kaki, seperti menghadirkan trotoar dengan pepohonan yang rindang.
“Jalan kaki sambil olahraga, enggak usah bayar mahal untuk untuk ngegim. Tak usah memikirkan parkir kendaraan pribadi yang bisa mencapai Rp30.000 per hari, belum lagi bayar tol, dan beli bensin,” kata Safrudin.
Hal itu juga dilakukan Safrudin yang tinggal di Citayam dan berkantor si Sarinah, Jakarta Pusat. Setiap hari dia mengunakan kereta dengan waktu tempuh selama 1 jam, bandingkan dengan jika pakai mobil pribadi yang bisa mencapai 4 jam saat kondisi jalan macet.
Dari rumah ke stasiun kereta, ia berjalan kaki selama 10 menit. Turun kereta di Sudriman berjalan kaki ke Sarinah selama 10 menit. Pulang pergi, setiap hari dia berjalan kaki selama 40 menit. Sementara jika ada kepentingan di kawasan Monas, Safrudin memilih menggunakan sepeda.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News